Selasa, 29 September 2015

mikrobiologi umum MORFOLOGI JAMUR BENANG




 
                                                                             ACARA VI
MORFOLOGI JAMUR BENANG
PENDAHULUAN
Latar belakang
            Jamur benang merupakan jamur yang dapat membentuk miselium dan berbagai bentuk spora. Jamur benang adalah golongan fungi yang membentuk jaringan miselium dan spora yang tampak teteapi tidak dapat membentuk badan buah yang mikroskopis. Jamur dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu seksual dan aseksual. Berdasarkan spora seksualnya sebagai contoh yaitu Ascomycetes yang memebentuk spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus. Sedangkan berdasarkan spora aseksualnya adalah Basidiomycetes yang memebentuk seksual dalam basidium. Morfologi dan penataan spora aseksual berperan dalam identifikasi jamur. Oleh karena itu, perlu dilakukannya praktikum ini untuk mengetahui morfologi jenis-jenis jamur benang.
Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui morfologi beberapa jamur benang secara mikroskopis dan membedakan jenis jamur benang satu dengan lainnya.




TINJAUAN PUSTAKA
Jamur adalah sekelompok mikroorganisme yang digabungkan dalam takson kingdom fungi, berdasarkan sistem Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri yang khas yaitu bersifat heterotrof  yang mengabsorbsikan nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrof dengan mendapatkan  nutrisi dari organisme hidup, atau dengan bersimbisos mutualisme dengan satu organisme. Produksi kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy (sifat yang serupa) antara fungi, choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa secara evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan. Kingdom fungi dapat dibagi menjadi empat filum, yaitu Chyhydiomycota, Zygomycota, Ascomycota dan Basidiomycota. Masing-masing filum ini memiliki anggota baik uniseluler maupun multiseluler (Purves, 2003).
            Klasifikasi jamur yang penting dalam mikroniologi ialah kelas Mycomycetes, kelas Pycomytes, kelas Ascomycetes dan kelas Ceuteromycetes. Perbedaan yang penting diantara kelas Pycomycetes dan Ascomycetes  ialah bahwa miselium Pycomycetes serupa tabung panjang yang tidak terbagi-bagi, sedangkan miselium Ascomycetes serupa tabung panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-cabang, suatu helai disebut hifa. Tubuh Mycomycetes tidak terdiri atas hifa atau miselium, tetapi berupa seonggok plasma yang tidak selalu terwadahi dalam satu sel (Dwidjoseputro, 2010).
            Kapang adalah fungi multiseluler ysng mempunyai filamen dan pertumbuhannnya pada makanan dapat dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan berbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak=thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang disebut hifa (tunggal=hypa; jamak=hypae). Kumpulan dari hifa disebut misselium (tunggal=myselium; jamak=mycelia) (Pelczar, 2011).
            Kapang (jamur benang) merupakan mikroba dalam kelompok fungi yang berbentuk filamen, yaitu strukturnya terdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk kumpulan massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti kapas yang tumbuh pada tempe. Kapang juga mempunyai struktur yang disebut spora yang pada umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa. Spora merupakan struktur yang sangat ringan dan mudah menyebar kemana-mana. Spora adalah alat perkembangbiakan kapang karena pada kondisi substrat dan lingkungan yang baik spora dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi struktur kapang yang lengkap (Anonim, 2012).
            Menurut fungsinya ada dua tipe hifa, yaitu hifa vegetatif dan hifa fertil ialah hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduktif (menghasilkan alat-alat pembiakan) seperti spora. Biasanya hifa ini tumbuh tegak sebagai hifa udara. Hifa vegetatif ialah hifa yang berfungsi mendapatkan makanannya dari substrat. Hifa ini biasanya menjalar diatas permukaan atau menembus kedalam substrat (Nazaruddin 2014) .  



PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 November 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan bahan praktikum
a.    Alat-alat praktikum
          Adapun alat-alat yang duigunakan dalam praktikum ini adalah pipet tetes, jarum ent, jarum preparat, kaca preparat, kaca penutup preparat, cawan petri, tisu, mikroskop elektron dan bunsen.
b.    Bahan-bahan praktikum
          Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sawut (Penicillium sp.), permen susu (Rhizipos oligosporus), iwel (Aspergillus sp.), dendeng (Neurospora sp.), aquades dan tisu.
Prosedur Kerja
1.      Disipakan alat-alat dan bahan praktikum.
2.      Disterilkan alat menggunakan alkohol.
3.      Diletakkan aquades pada kaca preparat.
4.      Diletakkan jamur diatas kaca preparat yang telah ditetesi aquades.
5.      Ditutup dengan menggunakan kaca penutup preparat.
6.      Diltakkan kaca preparat diatas meja preparat.
7.      Diamati dan digambar morfologi jamur benang yang terlihat pada mikroskop.


















HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.1 hasil Pengmatan Morfologi Jamur Benang
Klp
Nama Jamur / sampel
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Keterangan
9
Aspergillus sp.
(Iwel)
1.      Konidia
2.      Sterigmata
3.      Verikula
4.      Konidiofor
5.      Sel kaki
6.      Misselium
Warna : hitam & putih
10
Rhizopus oligosporus
(Permen susu)
1.      Sporangium
2.      Sporangiospora
3.      Kolumela
4.      Sporangiofor
5.      Stolon
6.      Rhizoid
7.      Warna orange, coklat
(bentuk spora)
11
Penicillium sp.
(Sawut)
1.      Sporangium
2.      Sporangiospora
3.      Kolumela
4.      Sporangiopore
5.      Stolon
12
Neurospora sp.
(Dendeng)
1.    Konidia
2.    Sterigmata
3.    Neetula
4.    Brachia
5.    Konidofor
6.    Sel Kaki




PEMBAHASAN
Jamur adalah mikroorganisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin atau selulosa atau keduanya, heterotrof, absortif dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan genertif yaitu spora. Jamur pada ummnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh pertumbuhan dan reproduksinya. Tubuh jamur terdiri dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa (Pelczar, 2011).
Morfologi secara harfiah berarti ‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphas). Morfologi jamur merupakan ilmu yang memepelajari tentang bentuk jamur dan mencakup bagian-bagiannya. Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler dapat diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron (Tarigan, 2008). Pada praktikum ini, identifikasi jamur dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektrik binokuler dengan mengamati sifta-sifat morfologinya dan fisologinya.
Praktikum kali ini, dilakukan pengamatan morfologi jamur, dengan menggunakan empat sampel produk pangan yaitu iwel, permen susu, sawut dan dendeng. Pada iwel yaitu jamur Aspergillus sp. Pada permen susu yaitu jamur Rhizopus oligosporus, pada sawut yaitu jamur Penicillium sp., dan pada dendeng yaitu jamur Neurospora sp.
            Hasil morfologi Aspergillus sp.  jamur pada iwel yaitu terdapat vesikula, konidiofor, sel kaki dan miselium. Warna yang tampak pada jamur Aspergillus sp yang ada pada hasil pengamatan yaitu kecoklatan. Menurut Nazaruddin (2014) morfologi dari Aspergillus sp. yaitu konidia, sterigmata, vesikula, konidiofor, sel kaki, dan miselium.  Morfologi yang nampak pada hasil pengamatan tidak sama dengan literarur, kemungkinan hal ini disebabkan pada saat pengambilan jamur pada medium terjadi kesalahan yaitu biakan yang diambil terlalu sedikit atau pada saat difiksasi terlalu panas. Karakteristik iwel yaitu iwel terbuat dari beras ketan dimana ketan mengandung banyak nutrisi yaitu energi yang terkandung sebesar 362 kilokalori, protein 6,7 gram, karbohidrat 79,4 gram. Kadar air yang sesuai untuk ketan untuk pengembangan yaitu antara 8-9%. Kerenyahan suatu produk dipengaruhi oleh Aw (aktivitas air). Makin kecil Aw maka produk akan semakin kering. Dalam bidang pangan, Aspergillus sp. sangat bermanfaat yaitu banyak digunakan dalam fermentasi kedelai untuk kecap, dalam produksi asam sitrat (pengawet makanan) dan produksi enzim amiloglukoside. Aspergillus sp. dapat menghasilkan mitoksin, dimana mitoksin ini didefinisikan sebagai zat yang diproduksi oleh jamur dalam bahan makanan, dan bersifat tahan terhadap panas sehingga dengan pengolahan, pemanasan tidak menjamin berkurangnya aktifitas toksin tersebut. Pada pengamatan iwel dengan menggunakan mikroskop elektron ditemukan jamur Aspergillus sp. dengan warna dasar putih kekuningan dan kondiospora berwarna coklat. Pengamatan ini dilakukan dengan perbesaran 10x0,25.
Pengamatan pada sampel permen susu ditemukan jamur yaitu Rhizopus oligosporus. Jamur ini termasuk ke dalam ordo Mucorales dari fillum Zygomycota, mempunyai hifa tidak bersekat, berinti banyak dan melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Koloni jamur ini berwarna abu kecoklatan. Sporangifor tunggal dengan dinding halus atau agak sedikit kasar. Sporangia globosa pada saat masak berwarna hitam kecoklatan. Jamur ini dapat tumbuh optimum pada suhu 30-35oC dan banyak ditemukan ditanah, buah dan sayuran yang membusuk serta roti yang sudah lama. Pada pengamatan permen susu ditemukan Rhizopus oligosporus dengan perbesaran 40x10 berwarna coklat pada sporangium, orange pada sporangiofor dan berbentuk spiral.
Pengamatan pada sampel sawut ditemukan jamur yaitu Penicillium sp. Jamur ini adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Ascomycta. Memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium tidak memiliki selubung pelindung sehingga berbeda dari sporangium. Spora yang dihasilkan konidium disebut konidia, sedangkan tangkainya disebut konidiofor. Tempat pembentukan dan pematangan spora disebut dengan sterigma. Jamur ini banyak ditemukan pada zat organik biodegredable. Pada pengamatan sawut dengan perbesaran 40x10 berwarna kuning atau oranye. Bagian yang terlihat hanya sterigma, metula dan brachia.
Neurospora sp. ini tumbuh pada olahan pangan yaitu dendeng. Morfologi jamur Neurospora sp. berdasarkan hasil pengamatan yaitu hifa dan konidia. Sedangkan menurut Ellin (2013) morfologi jamur Neurospora sp. adalah konidia, hifa, dan konidiofor. Dendeng mengandung 410 kalori; 25,6 gram lemak; 11 gram karbohidrat dan 33,2 gram protein setiap 100 gram dendeng. Jamur Neurospora sp. hidup pada suhu rendah atau tempat lembab. Jadi aktivitas air pada jamur ini sendiri sangat tinggi. Neurospora sp. ini biasa digunakan pada pembuatan oncom. Neurospora sp ini berwarna orange dan sering tumbuh di kayu yang telah dibakar.
Jamur Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp.,  merupakan jamur yang menguntungkan. Aspergillus sp., dimanfaatkan dalam pembuatan kecap dan tauco yang terbuat dari kacang kedelai. Rhizopus oligosporus dimanfaatkan dalam pembuatan tempe. Penicillium sp., dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik (Penicillium nutatum) dan pembuatan keju (Penicillium camembertil). Dan Neurospora sp., digunakan dalam pembuatan oncom.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah faktor substrat, kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya. Substrat merupaan sumber utama nutrien bagi jamur. Kelembapan dari jamur merupaka faktor yang penting bagi pertumbuhan jamur, kelmbapann yang diperlukan oleh jamur berbeda-beda tergantung pada jenisnya. Suhu lingkungan juga berperan penting dalam bagi pertumbuhan, berdasarkan suhu dapat dikelompokkan menjadai psikofil, mesofil dan termofil. pH substart sangat penting karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Senyawa-senyawa kimia yang tidak diperlukan lagi akan dikeluarkan kelingkungan sebagai bentuk dari pengamanan terhadap organisme lain.

















KESIMPULAN
      Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1.      Jamur benang merupakan jamur berbentuk benang, multiseluler, tidak berklorofil, umumnya hidup sebagai saprofit dan parasit.
2.      Jamur yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aspergillus sp., Neurospora sp., Rhizopus oligosporus dan Penicillium sp.
3.      Pada makanan iwel ditemukan jamur Aspergillus sp., pada permen susu ditemukan jamur Rhizopus oligosporus, pada swut yaitu Penicillium sp., dan pada dendeng yaitu Neurospora sp.
4.      Jamur Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp.  termasuk kedalam jamur yang menguntungkan.
5.      Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah substrat, kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia dilingkungannya.








Laila Udma Zahara
J1A013061
 
ACARA VI
MORFOLOGI JAMUR BENANG
PENDAHULUAN
Latar belakang
            Jamur benang merupakan jamur yang dapat membentuk miselium dan berbagai bentuk spora. Jamur benang adalah golongan fungi yang membentuk jaringan miselium dan spora yang tampak teteapi tidak dapat membentuk badan buah yang mikroskopis. Jamur dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu seksual dan aseksual. Berdasarkan spora seksualnya sebagai contoh yaitu Ascomycetes yang memebentuk spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus. Sedangkan berdasarkan spora aseksualnya adalah Basidiomycetes yang memebentuk seksual dalam basidium. Morfologi dan penataan spora aseksual berperan dalam identifikasi jamur. Oleh karena itu, perlu dilakukannya praktikum ini untuk mengetahui morfologi jenis-jenis jamur benang.
Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui morfologi beberapa jamur benang secara mikroskopis dan membedakan jenis jamur benang satu dengan lainnya.




TINJAUAN PUSTAKA
Jamur adalah sekelompok mikroorganisme yang digabungkan dalam takson kingdom fungi, berdasarkan sistem Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri yang khas yaitu bersifat heterotrof  yang mengabsorbsikan nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrof dengan mendapatkan  nutrisi dari organisme hidup, atau dengan bersimbisos mutualisme dengan satu organisme. Produksi kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy (sifat yang serupa) antara fungi, choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa secara evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan. Kingdom fungi dapat dibagi menjadi empat filum, yaitu Chyhydiomycota, Zygomycota, Ascomycota dan Basidiomycota. Masing-masing filum ini memiliki anggota baik uniseluler maupun multiseluler (Purves, 2003).
            Klasifikasi jamur yang penting dalam mikroniologi ialah kelas Mycomycetes, kelas Pycomytes, kelas Ascomycetes dan kelas Ceuteromycetes. Perbedaan yang penting diantara kelas Pycomycetes dan Ascomycetes  ialah bahwa miselium Pycomycetes serupa tabung panjang yang tidak terbagi-bagi, sedangkan miselium Ascomycetes serupa tabung panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-cabang, suatu helai disebut hifa. Tubuh Mycomycetes tidak terdiri atas hifa atau miselium, tetapi berupa seonggok plasma yang tidak selalu terwadahi dalam satu sel (Dwidjoseputro, 2010).
            Kapang adalah fungi multiseluler ysng mempunyai filamen dan pertumbuhannnya pada makanan dapat dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan berbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak=thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang disebut hifa (tunggal=hypa; jamak=hypae). Kumpulan dari hifa disebut misselium (tunggal=myselium; jamak=mycelia) (Pelczar, 2011).
            Kapang (jamur benang) merupakan mikroba dalam kelompok fungi yang berbentuk filamen, yaitu strukturnya terdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk kumpulan massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti kapas yang tumbuh pada tempe. Kapang juga mempunyai struktur yang disebut spora yang pada umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa. Spora merupakan struktur yang sangat ringan dan mudah menyebar kemana-mana. Spora adalah alat perkembangbiakan kapang karena pada kondisi substrat dan lingkungan yang baik spora dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi struktur kapang yang lengkap (Anonim, 2012).
            Menurut fungsinya ada dua tipe hifa, yaitu hifa vegetatif dan hifa fertil ialah hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduktif (menghasilkan alat-alat pembiakan) seperti spora. Biasanya hifa ini tumbuh tegak sebagai hifa udara. Hifa vegetatif ialah hifa yang berfungsi mendapatkan makanannya dari substrat. Hifa ini biasanya menjalar diatas permukaan atau menembus kedalam substrat (Nazaruddin 2014) .  



PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 November 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan bahan praktikum
a.    Alat-alat praktikum
          Adapun alat-alat yang duigunakan dalam praktikum ini adalah pipet tetes, jarum ent, jarum preparat, kaca preparat, kaca penutup preparat, cawan petri, tisu, mikroskop elektron dan bunsen.
b.    Bahan-bahan praktikum
          Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sawut (Penicillium sp.), permen susu (Rhizipos oligosporus), iwel (Aspergillus sp.), dendeng (Neurospora sp.), aquades dan tisu.
Prosedur Kerja
1.      Disipakan alat-alat dan bahan praktikum.
2.      Disterilkan alat menggunakan alkohol.
3.      Diletakkan aquades pada kaca preparat.
4.      Diletakkan jamur diatas kaca preparat yang telah ditetesi aquades.
5.      Ditutup dengan menggunakan kaca penutup preparat.
6.      Diltakkan kaca preparat diatas meja preparat.
7.      Diamati dan digambar morfologi jamur benang yang terlihat pada mikroskop.


















HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.1 hasil Pengmatan Morfologi Jamur Benang
Klp
Nama Jamur / sampel
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Keterangan
9
Aspergillus sp.
(Iwel)
1.      Konidia
2.      Sterigmata
3.      Verikula
4.      Konidiofor
5.      Sel kaki
6.      Misselium
Warna : hitam & putih
10
Rhizopus oligosporus
(Permen susu)
1.      Sporangium
2.      Sporangiospora
3.      Kolumela
4.      Sporangiofor
5.      Stolon
6.      Rhizoid
7.      Warna orange, coklat
(bentuk spora)
11
Penicillium sp.
(Sawut)
1.      Sporangium
2.      Sporangiospora
3.      Kolumela
4.      Sporangiopore
5.      Stolon
12
Neurospora sp.
(Dendeng)
1.    Konidia
2.    Sterigmata
3.    Neetula
4.    Brachia
5.    Konidofor
6.    Sel Kaki




PEMBAHASAN
Jamur adalah mikroorganisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin atau selulosa atau keduanya, heterotrof, absortif dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan genertif yaitu spora. Jamur pada ummnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh pertumbuhan dan reproduksinya. Tubuh jamur terdiri dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa (Pelczar, 2011).
Morfologi secara harfiah berarti ‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphas). Morfologi jamur merupakan ilmu yang memepelajari tentang bentuk jamur dan mencakup bagian-bagiannya. Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler dapat diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron (Tarigan, 2008). Pada praktikum ini, identifikasi jamur dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektrik binokuler dengan mengamati sifta-sifat morfologinya dan fisologinya.
Praktikum kali ini, dilakukan pengamatan morfologi jamur, dengan menggunakan empat sampel produk pangan yaitu iwel, permen susu, sawut dan dendeng. Pada iwel yaitu jamur Aspergillus sp. Pada permen susu yaitu jamur Rhizopus oligosporus, pada sawut yaitu jamur Penicillium sp., dan pada dendeng yaitu jamur Neurospora sp.
            Hasil morfologi Aspergillus sp.  jamur pada iwel yaitu terdapat vesikula, konidiofor, sel kaki dan miselium. Warna yang tampak pada jamur Aspergillus sp yang ada pada hasil pengamatan yaitu kecoklatan. Menurut Nazaruddin (2014) morfologi dari Aspergillus sp. yaitu konidia, sterigmata, vesikula, konidiofor, sel kaki, dan miselium.  Morfologi yang nampak pada hasil pengamatan tidak sama dengan literarur, kemungkinan hal ini disebabkan pada saat pengambilan jamur pada medium terjadi kesalahan yaitu biakan yang diambil terlalu sedikit atau pada saat difiksasi terlalu panas. Karakteristik iwel yaitu iwel terbuat dari beras ketan dimana ketan mengandung banyak nutrisi yaitu energi yang terkandung sebesar 362 kilokalori, protein 6,7 gram, karbohidrat 79,4 gram. Kadar air yang sesuai untuk ketan untuk pengembangan yaitu antara 8-9%. Kerenyahan suatu produk dipengaruhi oleh Aw (aktivitas air). Makin kecil Aw maka produk akan semakin kering. Dalam bidang pangan, Aspergillus sp. sangat bermanfaat yaitu banyak digunakan dalam fermentasi kedelai untuk kecap, dalam produksi asam sitrat (pengawet makanan) dan produksi enzim amiloglukoside. Aspergillus sp. dapat menghasilkan mitoksin, dimana mitoksin ini didefinisikan sebagai zat yang diproduksi oleh jamur dalam bahan makanan, dan bersifat tahan terhadap panas sehingga dengan pengolahan, pemanasan tidak menjamin berkurangnya aktifitas toksin tersebut. Pada pengamatan iwel dengan menggunakan mikroskop elektron ditemukan jamur Aspergillus sp. dengan warna dasar putih kekuningan dan kondiospora berwarna coklat. Pengamatan ini dilakukan dengan perbesaran 10x0,25.
Pengamatan pada sampel permen susu ditemukan jamur yaitu Rhizopus oligosporus. Jamur ini termasuk ke dalam ordo Mucorales dari fillum Zygomycota, mempunyai hifa tidak bersekat, berinti banyak dan melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Koloni jamur ini berwarna abu kecoklatan. Sporangifor tunggal dengan dinding halus atau agak sedikit kasar. Sporangia globosa pada saat masak berwarna hitam kecoklatan. Jamur ini dapat tumbuh optimum pada suhu 30-35oC dan banyak ditemukan ditanah, buah dan sayuran yang membusuk serta roti yang sudah lama. Pada pengamatan permen susu ditemukan Rhizopus oligosporus dengan perbesaran 40x10 berwarna coklat pada sporangium, orange pada sporangiofor dan berbentuk spiral.
Pengamatan pada sampel sawut ditemukan jamur yaitu Penicillium sp. Jamur ini adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Ascomycta. Memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium tidak memiliki selubung pelindung sehingga berbeda dari sporangium. Spora yang dihasilkan konidium disebut konidia, sedangkan tangkainya disebut konidiofor. Tempat pembentukan dan pematangan spora disebut dengan sterigma. Jamur ini banyak ditemukan pada zat organik biodegredable. Pada pengamatan sawut dengan perbesaran 40x10 berwarna kuning atau oranye. Bagian yang terlihat hanya sterigma, metula dan brachia.
Neurospora sp. ini tumbuh pada olahan pangan yaitu dendeng. Morfologi jamur Neurospora sp. berdasarkan hasil pengamatan yaitu hifa dan konidia. Sedangkan menurut Ellin (2013) morfologi jamur Neurospora sp. adalah konidia, hifa, dan konidiofor. Dendeng mengandung 410 kalori; 25,6 gram lemak; 11 gram karbohidrat dan 33,2 gram protein setiap 100 gram dendeng. Jamur Neurospora sp. hidup pada suhu rendah atau tempat lembab. Jadi aktivitas air pada jamur ini sendiri sangat tinggi. Neurospora sp. ini biasa digunakan pada pembuatan oncom. Neurospora sp ini berwarna orange dan sering tumbuh di kayu yang telah dibakar.
Jamur Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp.,  merupakan jamur yang menguntungkan. Aspergillus sp., dimanfaatkan dalam pembuatan kecap dan tauco yang terbuat dari kacang kedelai. Rhizopus oligosporus dimanfaatkan dalam pembuatan tempe. Penicillium sp., dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik (Penicillium nutatum) dan pembuatan keju (Penicillium camembertil). Dan Neurospora sp., digunakan dalam pembuatan oncom.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah faktor substrat, kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya. Substrat merupaan sumber utama nutrien bagi jamur. Kelembapan dari jamur merupaka faktor yang penting bagi pertumbuhan jamur, kelmbapann yang diperlukan oleh jamur berbeda-beda tergantung pada jenisnya. Suhu lingkungan juga berperan penting dalam bagi pertumbuhan, berdasarkan suhu dapat dikelompokkan menjadai psikofil, mesofil dan termofil. pH substart sangat penting karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Senyawa-senyawa kimia yang tidak diperlukan lagi akan dikeluarkan kelingkungan sebagai bentuk dari pengamanan terhadap organisme lain.

















KESIMPULAN
      Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1.      Jamur benang merupakan jamur berbentuk benang, multiseluler, tidak berklorofil, umumnya hidup sebagai saprofit dan parasit.
2.      Jamur yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aspergillus sp., Neurospora sp., Rhizopus oligosporus dan Penicillium sp.
3.      Pada makanan iwel ditemukan jamur Aspergillus sp., pada permen susu ditemukan jamur Rhizopus oligosporus, pada swut yaitu Penicillium sp., dan pada dendeng yaitu Neurospora sp.
4.      Jamur Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp.  termasuk kedalam jamur yang menguntungkan.
5.      Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah substrat, kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia dilingkungannya.






1 komentar: