Selasa, 29 September 2015

mikrobiologi umum MORFOLOGI KHAMIR DAN SPORA KHAMIR



                                                                   ACARA VII
MORFOLOGI KHAMIR DAN SPORA KHAMIR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Khamir dapat lebih bertahan dalam keadaan alam sekitar yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan jasad renik lainnya. Khamir dapat tumbuh dalam suatu substrat atau medium berisikan kosentrasi gula yang dapat menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri. Khamir bersifat fakultatif, artinya mereka dapat hidup dalam keadaan aerobik maupun anaerobik. Khamir dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual. Khamir sering tidak terlihat karena tidak kontras dengan medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu diadakannya pewarnaan saat mengamati morfologi sel khamir agar khamir tampak jelas saat diamati dengan mikroskop.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal bermacam-macam bentuk sel, membedakan sel yang mati dan hidup dan menghitung gram persentase kematian khamir.





TINJAUAN PUSTAKA
Khamir atau yeast adalah kategori non-takson yang mencakup semua fungsi uniseluler yang berasal dari kingdom Zygomcota, Askomycota dan Basidiomycota. Khamir umumnya berkembang biak secara aseksual maupun seksual. Cara aseksual, yaitu dengan bertunas dan membelah diri. Cara seksual, yaitu, dengan fusi (penggabungan) dua sel dengan methylene blue (tipe perkawinan) yang berbeda, zigot hasil fusi ini kemudian akan membentuk empat hingga delapan spora yang kemudian menyerap (Waluyo, 2007).
Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu jenis fungi yang paling dikenal dan sering digunakan oleh manusia. Karena kemampuannya memetabolisme gula menjadi etanol dan gas CO2. Spesies ini sejak dulu telah digunakan dalam proses pembuatan roti. Dalam biologi molekukar Saccharomyces cerevisea adalah organisme contoh bagi eukariota, yang peta genetiknya sudah dipahami dengan lengkap . Saccharomyces termasuk dalam filum Ascomycota (Imam, 2011).
Saccharomyces cerevisea dapat dilihat dengan mikroskop tanpa pewarnaan dan akan terlihat sebagai bintik-bintik transparan. Pewarnaan dengan methylene blue bukan bertujuan agar Saccharomyces cerevisiae terlihat, tetapi bertujuan diffrensial, yaitu agar sel yang mati dan hidup memiliki warna yang berbeda. methylene blue merupakan indikator berbentuk kristla yang bisa larut dalam air akan membentuk cawan berwarna biru. Methylene blue menjadi tidak berwarna dengan kehadiran enzim alifatik dan karena itu, sel khamir yang hidup akan tampak transparan. Sebaliknya, dengan ketiadaan enzim methylene blue akan tetap berwarna biru, oleh karena itu, sel yang mati akan berwarna biru (Buckle, 2008).
Pengamatan sel khamir dapat dilakukan dengan cara pengecatan sederhana, yaitu pemberian warna pada khamir dengan menggunakan larutan tunggal suatu warna suatu warna pada lapisan tipis atau olesan yang sudah difiksasi. Pewarnaan sederhana, yaitu pewarnaan menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel khamir dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya serta membedakan sel yang mati dan sel yang hidup (Balley, 2007).
Dinding sel khamir terdiri atas kitin. Sel yang masih muda dinding selnya tipis dan lentur, sedangkan yang tua dinding selnya tebal dan kaku. Dibawah dinding sel terdapat membran berfsifat permiabel selektif. Tipe sel khamir adalah eukariotik. Untuk identifikasi dan determinasi khamir, perlu dipelajari sifat-sifat morfologi dan fisiologisnya. Sifat-sifat morfologi yang perlu dipelajari meliputi bentuk, struktur sel dan jumlah spora, cara-cara perkembangbiakan, pembentukkan Psedemycellium, ordian, giant colony, klamidospora, blastosporsa, dan sebagainya. Sifat-sifat fisiologis meliputi pengujian amilasi C dan N, fermentasi karbohidrat, kemampuan mencairkan gelatin, reduksi netral dan sebagainya (Dwijoseputro, 2010).






PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 November 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a.    Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop,, gelas benda, gelas punutup, cawan petri, jarum preparat, jarum ose, pipet tetes, lampu bunsen dan tisu.
b.    Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan praktikum yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol, methylene blue dan biakan murni khamir Saccharomycess cerevisiae.

Prosedur Kerja
1.    Disterilkan gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol.
2.    Diteteskan 1 tetes methylene blue pada gelas benda.
3.    Diambil biakan murni khamir dengan menggunakan jarum ose.
4.    Ditetskan biakan khamir di atas tetesan methylen blue.
5.    Ditutup gelas benda dengan gelas penutup, dijaga agar tidak ada gelembung udara.
6.    Diletakkan dimeja preparat pada mikroskkop dan diamati jumlah sel khamir yang mati dan sel yang hidup dan morfologi dari sel khamir.














HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Morfologi Khamir dan Spora Khamir

Nama Khamir
Umur (jam)

Gambar Pengamatan

Keterangan



Saccharomyces cereviciae




24
1.Sel mati
( Warna biru)
2. Sel hidup
 ( Transparan)



Saccharomyces cereviciae



  48
1.Sel mati
( Warna biru)
2. Sel hidup
 ( Transparan)


Tabel 7.2 Hasil Pengamatan Presentase Kematian Khamir
Klp.
Nama Khamir
Umur (jam)
∑ sel mati
∑ sel hidup
% kematian
13
Saccharomyces cereviciae
24
16
6
73,21%
16
25
9
14
Saccharomyces cereviciae
48
25
36
43,37 %
15
11
11


Hasil Perhitungan
% Kematian Saccharomyces Cereviciae berumur 24 jam
  =   
     =   
      =    73,21 %
% Kematian Saccharomyces cereviciae berumur 48 jam
  =   
     =    
     =    43,37 %                       
               









PEMBAHASAN
Khamir merupakan salah satu mikroorganisme yang termasuk ke dalam fungi mikroskopis. Khamir terdapat sebagai sel bebas yang sederhana. Khamir yang ditemukan memiliki berbagai bentuk sepeti bulat, lonjong, tingular dan sebagainya. Khamir tidak bergerak karena tidak memiliki flagela. Khamir dapat tumbuh dalam medim cair dan padat dengan cara seperti bakteri, yaitu prmbrlahan sel. Jenis khamir yang paling sering digunakan oleh manusia adalah Saccharomycess cerevisiae (Natsir, 2003)
Khamir merupakan salah satu organisme yang termasuk dalam fungi mikroskopik. Khamir terdapat sebagai fungi mikroskopik. Khamir terdapat sebagai sel bebas yang sederhana, khamir yang terdapat di alam memiliki berbagai bentuk bulat, lonjong, triangular dan sebagainya. Khamir tidak bergerak karena tidak memiliki flagella, khamir dapat tumbuh pada media cair dan padat dengan cara seperti bakteri yaitu pembelahan sel. Di alam terdapat berbagai bentuk khamir, namun khamir dalam pengamatan berbentuk bulat. Tujuan dari pengamatan morfologi khamir yaitu untuk mengamati berbagai macam bentuk sel, membedakan sel yang mati dan sel yang hidup dan menghitung presentase kematian khamir (Anshar, 2010).
Praktikum ini menggunakan pengecatan sederhana yaitu menggunakan suatu cat warna, cat warna yang digunakan adalah methylene blue yang bertujuan untuk membedakan sel yang hidup dan sel yang mati. Hasil pengamatan menunjukan sel khamir yang mati akan bewarna biru dan sel khamir yang hidup tidak bewarna atau transparan. Warna biru pada sel khamir yang telah mati disebabkan karena sifat semi permiabel membran dari sel khamir yang mati tersebut sudah tidak berfungsi lagi sehingga sel khamir yang mati menyerap warna biru dari larutan methylene blue.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan sel khamir yang mati berumur 24 jam, jumlah sel khamir yang mati 73,21% sedangkan pada khamir yang berumur 48 jam adalah jumlah sel yang mati 43,37%. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa khamir yang berumur 24 jam lebih banyak sel yang mati. Selain itu kecepatan pertumbuhan sel khamir pada jam ke-0 sampai jam ke 24 lebih rendah dibandingkan dengan jam-jam berikutnya disebabkan karena mikroba masih dalam fase adaptasi. Menurut (Waluyo, 2007) seharusnya khamir yang berumur 48 jam memiliki jumlah kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan umur 24 jam, karena waktu penyimpanan untuk 48 jam lebih lama sehingga khamir yang dihasilkan lebih banyak.
Khamir yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis Saccharomyces cerevisiae yang merupakan jenis fungi yang paling sering dimanfaatkan oleh manusia, karena kemampuannya dalam memetabolisme gula menjadi CO2. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan khamir adalah kandungan nutrisi atau substrat, pH, suhu, tersedianya oksigen dan ada tidaknya senyawa penghambat, penyinaran lampu mikroskop dan lain-lain. Kebanyakan khamir dapat tumbuh pada pH 4,0-4,5. Suhu optimum khamir yaitu 250C-350C dan suhu maksimum yaitu 350C – 470C.


KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil pengamtan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpualan sebagai berikut :
1.         Khamir merupakan salah satu mikroorganisme yang termasuk ke dalam fungi mikroskopis, jenis khamir yang sering digunakan oleh manusia adalah Saccharomyces cereviseae.
2.         Pengecatan sederhana adalah pengecatan yang dilakukan untuk membedakan mana sel yang mati dan sel yang hidup.
3.         Pada sel khamir yang mati akan terbentuk warna biru dan pada sel yang  hidup akan berwarna transparan.
4.         Jumlah sel khamir yang mati pada umur 48 jam adalah 43,37%
5.         Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan sel khamir pada umur 24 dan
            48 jam, yaitu pH, suhu, kandungan  nutrisi dan substrat.








Kartika Gemma Pravitri
J1A013057
 
ACARA VIII
PENGECATAN GRAM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Mikroorganisme yang ada di alam ini memiliki morfologi, struktur, dan sifat-sifat yang khas. Termasuk bakteri. Bakteri yang hidup tidak berwarna dan kontras dengan air. Dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, cara tersebut ialah metode pengecatan atau pewarnaan. Dengan metode pengecatan, sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Pengecatan juga berfungsi untuk mengethaui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Salah satu contoh adalah pengecatan gram yang dikembangkan oleh Christian Gram (1884). Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui bentuk dan sifat sel bakteri terhadap pengecatan gram.

Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk cara pengecatan dan mengamati bentuk serta sifat bakteri terhadap pengecatan gram.






TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri atau mikroba lainnya dapat dilihat dengan mikroskop biasa tanpa pengecatan, yaitu dengan cara-cara khusus. Misalnya dengan cara hanging drop, Menggunakan kondensor medan gelap, dan lain-lain. Tetepi pengmatan dengan tanpa pengecatan akan lebih sulit dan tidak dapat dipakai untuk melihat bagian sel dengan teliti, karena umumnya sel bakteri bersifat tembus cahaya (transparan) atau semi transparan (Nazaruddin, 2014).
Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini olesan bakteri yang sudah difiksasi dikenai larutan-larutan berikut antara lain zat warna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol, dan zat warna tandingan berupa zat warna safranin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuan Denmark Hans Cristian Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884, untuk membedakan antara pneumokokus dan klobsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak warna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun gram negatif akan kehilangan pewarna kristal violet setelah dicuci alkohol. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan struktur kimiawi dinding sel (Pelczar, 2011).
Pewarnaan gram adalah teknik pewarnaan differensial yang paling banyak digunakan dalam bakteriologi, pewarnaan ini memisahkan antara bakteri menjadi dua kelompok yaitu gram positif dan gram negatif. Larutan yang digunakan dalam pewarnaan ini ada empat yaitu gram A, B, C, dan D (Harley,2007).
Bakteri gram positif adalah jenis bakteri dengan dinding peptidoglikan yang tebal. Sementara bakteri gram negatif adalah jenis bakteri dengan dinding peptidoglikan tipis. Perbedaan dinding ini mengakibatkan perbedaan kemampuan aktivitas dengan pewarnaan gram (Savada, 2008).
Karakteristik taksonomi penting bakteri adalah reaksi mereka terhadap pewarnaan gram. Pewarnaan gram menjadi penting karena reaksi gram berhubungan dengan sifat morfologi lain dalam bentuk hubungan filogenik. Organisme yang berpotensi gram positif memungkinkannya dapat dilihat dengan pewarnaan gram pada kondisi lingkungan yang sesuai dan pada biakan muda. Prosedur pwarnaan gram dimulai dengan pemberian warna biasa, kristal violet. Larutan iodin kemudian ditambahkan, pada fase ini semua bakteri akan berwarna biru. Sel kemudian diberi alkohol. Sel gram positif akan tetap mengikat senyawa kristal violet-iodine, sel gram negatif warnanya hilang oleh alkohol (Hadioetomo, 1990).


PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Desember 2014 di Laboraturium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a.       Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi ini adalah pipet tetes, bunsen, gelas benda, gelas penutup, mikroskop elektron, jarum ose, rak tabung reaksi, cawan petri dan baskom.
b.      Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bacillus sp. 72 jam, Pseudomonas sp. 72 jam, larutan kristal violet (A), larutan Mordan (B), larutan alkohol (C), larutan safranin (D), dan aquades.

Prosedur Kerja
1.      Diambil biakan Bacillus sp. dan digoreskan pada gelas benda.
2.      Dikeringkan dengan bunsen atau difiksasi.
3.      Ditambahkan larutan kristal violet (A) pada goresan dan didiamkan selama 2 menit.
4.      Dibilas dengan aquades lalu dikeringkan.
5.      Ditambahkan larutan Mordan (B) dan didiamkan selama 2 menit.
6.      Dibilas dengan aquades lalu dikeringkan.
7.      Ditambahkan larutan alkohol (C) dan didiamkan selama 30 detik.
8.      Dibilas dengan aquades dan dikeringkan.
9.      Ditambahkan larutan safranin (D) dan didiamkan selama 2 menit.
10.  Dibilas dengan aquades dan dikeringkan.
11.  Ditutup dengan gelas penutup.
12.  Diamati dengan mikroskop.

















HASIL PENGAMATAN
Tabel 8.1 Hasil pengamatan Pengecatan Gram
Nama Bakteri
Umur (jam)
Gambar
Jenis Gram
Keterangan
Bacillus sp.
72
Perbesaran : 10 x 100
Gram positif
Ungu
Pseudomonas sp.
72
Perbesaran 10 x 100
Gram negatif
Merah









PEMBAHASAN
            Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini olesan bakteri yang sudah difiksasi dikenai larutan-larutan berikut antara lain zat warna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol, dan zat warna tandingan berupa zat warna safranin (Pelczar, 2011).
            Praktikum ini bertujuan untuk mengamati bentuk serta sifat bakteri terhadap pengecatan gram. Larutan yang digunakan dalam pengecatan ini ada empat yaitu larutan A, B, C, D. Larutan A adalah larutan kristal violet yang berfungsi sebagai cat utama atau yang biasa disebut dengan gram A. Larutan B adalah larutan Mordan yang berfungsi untuk mengintensifkan cat utama, disebut juga gram B. Larutan C adalah alkohol yang berfungsi untuk pelunturan atau dekolorisasi agar mendapat kontras yang baik pada mikroskop. Larutan D adalah larutan safranin yang berwarna merah, berfungsi sebagai cat penutup.
            Bakteri gram positif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna violet dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal. Dinding selnya homogen dengan tebal sekitar (20-80 nm) dengan bentuk sel yaitu batang, bulat atau filamen. Sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna merah dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Lapisan peptidoglikan pada bakteri gram negatif terletak di ruang periplasmik antar membran plasma dengan membran luar (Sridianti, 2014).
            Pengamatan gram pada praktikum ini menggunakan bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. Berdasarkan  pengecatan gram dengan bakteri Bacillus sp., diperoleh bahwa Bacillus sp.memberikan warna ungu dengan bentuk sel bakteri yaitu berbentuk batang. Sedangkan bakteri Psudomonas sp. memberikan watna merah dengan dengan sel berbentuk batang setelah diberikan perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa Bacillus sp. termasuk ke dalam gram positif, dan Pseudomonas sp. termasuk dalam bakteri gram negatif. Menurut Pelezar (2011), bakteri gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet sehingga tetap berwana ungu, sedangkan bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu zat pewarna safranin akan tampak berwarna merah.
            Perbedaan warna Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dipengaruhi oleh jenis gram. Bakteri gram positif mengikat cat utama dengan kuat sehingga tidak dapat dilunturkan oleh cat lawan atau cat penutup, sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang mempunyai daya ikat lemah terhadap cat utama sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh cat penutup. Hasil gram positif dan gram negatif ini berbeda disebabkan oleh perbedaan kandungan dinding sel bakteri. Bakteri gram positif memiliki kandungan senyawa peptidoglikan yang lebih tebal pada dinding sel dibandingkan dengan bakteri gram negatif.
Faktor-faktor yang menyebabkan variasi dalam pengecatan gram antara lain perubahan keasaman yaitu apabila pH turun ada kemungkinan bakteri gram positif dapat bereaksi seperti gram negatif, begitu pula sebaliknya, penyimpangan cara pengecatan seperti pencucian yang terlalu lama, faktor medium, umur bakteri dan perlakuan khusus.
KESIMPULAN
      Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1.      Pengecatan gram adalah salah satu teknik pengecatan yang berfungsi untuk dapat mengamati bentuk serta sifat bakteri.
2.      Larutan yang digunakan dalam pengecatan gram adalah larutan kristal violet, larutan mordan, larutan alkohol, dan larutan pewarna safranin.
3.      Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif karena memiliki senyawa peptidoglikan yang tebal pada dinding sel sehingga larutan kristal violet dapat terikat dengan kuat dan menghasilkan warna ungu.
4.      Pseudomonas sp. merupakan bakteri gram negatif, memiliki senyawa peptidoglikan tipis pada dinding sel sehingga pewarna kristal violet mudah dilunturkan dan ditutup oleh cat penutup safranin sehingga berwarna merah.
5.      Faktor yang dapat mempengaruhi pengecatan gram adalah perubahab keasaman, penyimpangan cara pengecatan, faktor medium, umur bakteri dan adanya perlakuan khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar