Selasa, 29 September 2015

MORFOLOGI KOLONI JAMUR






                                                                       ACARA IV
MORFOLOGI KOLONI JAMUR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Jamur merupakan organisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung selulosa, kitin atau keduanya, heterotrof dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan generatif yaitu spora. Kebanyakan jamur masuk ke dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang berbentuk filament panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat. Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau oval. Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis (Coyne dalam Ardhy, 2013). Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum morfologi koloni jamur ini dilaksanakan.

Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pertumbuhan jamur, mengamati bentuk-bentuk koloni jamur.



TINJAUAN PUSTAKA
            Fungi (jamur) merupakan organism eukariot yang memiliki dinding sel yang tersusun dari kitin dan memiliki nukleat yang banyak. Fungi bersifat kemoorganotof, karena mendapatkan nutrisi dengan cara mensekresikan enzim ekstrakseluler yang dapat mencerna senyawa organik kompleks seperti polisakarida dan protein penyusun monomer, dan kemudian diserap ke dalam sul fungi. Fungi berperan di ekosistem sebagai decomposer, hidup dengan mencerna materi organik dsri sisa-sisa makhluk hidup seperti sampah daun, kayu tumbang serta jasad organisme yang sudah mati. Fungi juga bisa berperan sebagai parasit, hidup dengan menyerap nutrient dan sel hidup dari organisme inang yang mereka serang (Madigan, 2009).
            Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat (misalnya sukrosa, glukosa, dan maltosa), sumber nitrogen dari bahan organik atau anorganik, dan mineral dari substranya (Dwidjoseputro, 2010).
            Jamur dibagi menjadi dua yaitu khamir (yeast) dan kapang (mold). Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Biasanya berbentuk telur, tetapi ada beberapa yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Tubuh atau tallus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari bagian miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 um, dibandingkan dengan sel bakteri yang besarnya berdiameter 1 um (Coyne dalam Ardhy, 2013).
            Fungi dapat ditemukan pada arena substrat, baik di lingkungan darat, perairan, maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam karena bagian vegetatifnya yang umumnya berupa miselium berwarna putih  mudah terlihat pada substrat yang membusuk (kayu lapuk, buah-buahan, yang terlalu masak, makanan yang membusuk). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna (merah, hitam, jingga, putih) pada daun batang, kertas, tekstil, kulit dan lain-lain. Tubuh buah fungi langsung dapat dilihat dengan kasat mata, sedangkan miselium vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (Waluyo, 2005).
            Pengamatan morfologi jamur sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Dalam pengamatan morfologi secara mikroskopis ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu hifa bersepta atau tidak, transparan atau keruh, berwarna atau tidak, atau bentuk, warna, ukuran dan sebagainya (Anonim, 2009).
            Khamir merupakan fungsi uniseluller tanpa misellium, hanya merupakan sel tunggal. Beberapa khamir berbentuk spheroidal,  elip, berbentuk lemon atau silinder. Reproduksi aseksualnya dengan bertunas atau berfusi. Beberapa khamir tidak memproduksi spora sehingga disebut asporogenous dan digolongkan kedalam fungi imporfekti. Adapun khamir yang memproduksi spora, khamir ini disebut sporagenous dan digolongkan ke dalam kelas ascomicetes dan basidiomycetes (Sumarsih, 2011).




















PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 11 November 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum
a.         Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, lampu Bunsen, jarum ose, incubator, vortex, tabung reaksi, yellow tip, mikropipet, blue tip.
b.                  Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah media Potato Dextrose Agar (PDA), media Nutrient Agar, alkohol, aquades, biakan Bacillus sp., Buffer Phospate.

Prosedur Kerja
1.    Diambil kultur dengan menggunakan jarum ent yang sudah diseterilkan.
2.    Dicelupkan jarum ent ke dalam Buffer Phospate pengenceran.
3.    Divortex.
4.    Dibuat pengenceran sampai Buffer Phospate.
5.    Diambil cairan  Buffer Phospatesebanyak 1 ml dengan pipet mikro setelah itu dicampurkan dengan larutan Buffer Phospate dan divortex.
6.    Diambil larutan Buffer Phospate dengan menggunakan pipet mikro sebanyak 1 ml.
7.    Dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi media PDA.
8.    Diratakan dengan menggunakan drigalski setalah itu diberi label PDA
9.    Dilakukan langkah 1 sampai 8 untuk membiakkan inokulum pada media PDA .
10. Diinkubasi selama 2 hari pada suhu 3C.
11. Diamati morfologi koloninya.
























HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi Jamur
No.
Medium PDA
Gambar Asli
Keterangan
1
U1
1.      Sporangium
2.      Spora
3.      Sporangiopora
4.      Germinating Spore
5.      Stolon
6.      Rhizoid
Dalam hasil pengamatan jamur berwarna kuning terdapat hifa dan tumbuh menyebar serta jamur tumbuh sedikit.
2
U2
1.      Sporangium
2.      Spora
3.      Sporangiospora
4.      Germinating Spore
5.      Stolon
6.      Rhizoid
Dalam hasil pengamatn jamur berwarna putih, terdapat hifa, tumbuh menyebar dan jamur tumbuh ebih banyak.









PEMBAHASAN
            Fungi (jamur) adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual dan aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkannya berbeda dengan organism eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrient dan lingkungannya dan miselium fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Gandjar, 1999).
            Jamur memiliki arti yang khas yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium, atau berupa kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu. Jamur tidak memiliki klorofil sehingga hidupnya heterotrof. Jamur berkembang biak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora. Pembiakan jamur secara generatif dengan berbagai macam spora. Pembiakan jamur secara generatif atau aseksual dilakukan dengan isogamet atau heterogamete (Dwidjoseputro, 2010).
            Praktikum morfologi koloni jamur ini menggunakan medium Potato Dextrose Agar (PDA) yang merupakan medium organik semi alamiah. Berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat karena mengandung agar, dan berdasarkan kegunaanya merupakan medium pertumbuhan jamur.
            Berdasarkan hasil pengamatan percobaan, pada media PDA 1 atau , jamur yang diperoleh mempunyai hifa, berwarna kuning, tumbuh meyebar pada permukaan dan jamur yang tumbuh hanya sedikit. Sedangkan pada media PDA 2 atau , jamur yang diperoleh mempunyai hifa, berwarna putih, tumbuhnya meyebar serta jamur yang tumbuh lebih banyak dari media PDA 1. Perbedaan yang terjadi pada warna jamur PDA 1 dan PDA 2 kemungkinan disebabkan kesalahan pada saat praktikum. Jamur yang seharusnya tumbuh berwarna putih, namun pada media PDA 1, jamur yang tumbuh berwarna kuning. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kontaminasi pada saat proses praktikum atau terjadi kesalahan pada saat meratakan media dengan drigalski sehingga media menjadi rusak.
Praktikum ini dilakukan pengenceran bertingkat. Pengeceran ini bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi kepadatan mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Pengenceran juga mempengaruhi jumlah pertumbuhan jamur. Penanaman dilakukan secara duplo agar apabila terjadi kesalahan atau kegagalan pada penanaman masih ada cadangan yang tersedia.
            Kemungkinan jamur yang tumbuh dilihat dari morfologinya adalah Rhizopus sp. Jenis Rhizopus oryzae yaitu jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe. Ciri- ciri Rhizopus oryzae terdiri dari benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan membentuk miselium, hifa tidak bersekat (bersifat senositik), septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada saat sel reproduksi terbentuk, dinding selnya tersusun dari kitin, koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan, sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok, rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiosfora, sporangia berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak, kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar, spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder (Waluyo, 2005).



















KESIMPULAN
      Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan anatara lain:
1.      Jamur merupakan sel organisme eukariotik, mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, berdinding sel kitin atau selulosa, bereprodukasi seksual dan aseksual.
2.      Potato Dextrose Agar (PDA) pada sampel  dan  mendapatkan hasil yang sama yaitu terdapat hifa, hanya pada sampel  lebih banyak sari .
3.      Pengenceran bertingkat bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi kepadatan mikroba yang tersuspensi pada cairan.
4.      Pengenceran dilakukan agar memudahkan identifikasi jamur dan pengenceran mempengaruhi jumlah tumbuhnya jamur.
5.      Kemungkinan jamur yang tumbuh dalam praktikum ini diduga merupakan Rhizopus oryzae.
MORFOLOGI KOLONI JAMUR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Jamur merupakan organisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung selulosa, kitin atau keduanya, heterotrof dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan generatif yaitu spora. Kebanyakan jamur masuk ke dalam kelompok kapang. Tubuh vegetatif kapang berbentuk filament panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat. Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau oval. Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis (Coyne dalam Ardhy, 2013). Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum morfologi koloni jamur ini dilaksanakan.

Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pertumbuhan jamur, mengamati bentuk-bentuk koloni jamur.



TINJAUAN PUSTAKA
            Fungi (jamur) merupakan organism eukariot yang memiliki dinding sel yang tersusun dari kitin dan memiliki nukleat yang banyak. Fungi bersifat kemoorganotof, karena mendapatkan nutrisi dengan cara mensekresikan enzim ekstrakseluler yang dapat mencerna senyawa organik kompleks seperti polisakarida dan protein penyusun monomer, dan kemudian diserap ke dalam sul fungi. Fungi berperan di ekosistem sebagai decomposer, hidup dengan mencerna materi organik dsri sisa-sisa makhluk hidup seperti sampah daun, kayu tumbang serta jasad organisme yang sudah mati. Fungi juga bisa berperan sebagai parasit, hidup dengan menyerap nutrient dan sel hidup dari organisme inang yang mereka serang (Madigan, 2009).
            Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat (misalnya sukrosa, glukosa, dan maltosa), sumber nitrogen dari bahan organik atau anorganik, dan mineral dari substranya (Dwidjoseputro, 2010).
            Jamur dibagi menjadi dua yaitu khamir (yeast) dan kapang (mold). Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Biasanya berbentuk telur, tetapi ada beberapa yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Tubuh atau tallus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari bagian miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 um, dibandingkan dengan sel bakteri yang besarnya berdiameter 1 um (Coyne dalam Ardhy, 2013).
            Fungi dapat ditemukan pada arena substrat, baik di lingkungan darat, perairan, maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam karena bagian vegetatifnya yang umumnya berupa miselium berwarna putih  mudah terlihat pada substrat yang membusuk (kayu lapuk, buah-buahan, yang terlalu masak, makanan yang membusuk). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna (merah, hitam, jingga, putih) pada daun batang, kertas, tekstil, kulit dan lain-lain. Tubuh buah fungi langsung dapat dilihat dengan kasat mata, sedangkan miselium vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (Waluyo, 2005).
            Pengamatan morfologi jamur sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Dalam pengamatan morfologi secara mikroskopis ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu hifa bersepta atau tidak, transparan atau keruh, berwarna atau tidak, atau bentuk, warna, ukuran dan sebagainya (Anonim, 2009).
            Khamir merupakan fungsi uniseluller tanpa misellium, hanya merupakan sel tunggal. Beberapa khamir berbentuk spheroidal,  elip, berbentuk lemon atau silinder. Reproduksi aseksualnya dengan bertunas atau berfusi. Beberapa khamir tidak memproduksi spora sehingga disebut asporogenous dan digolongkan kedalam fungi imporfekti. Adapun khamir yang memproduksi spora, khamir ini disebut sporagenous dan digolongkan ke dalam kelas ascomicetes dan basidiomycetes (Sumarsih, 2011).




















PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 11 November 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum
a.         Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, lampu Bunsen, jarum ose, incubator, vortex, tabung reaksi, yellow tip, mikropipet, blue tip.
b.                  Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah media Potato Dextrose Agar (PDA), media Nutrient Agar, alkohol, aquades, biakan Bacillus sp., Buffer Phospate.

Prosedur Kerja
1.    Diambil kultur dengan menggunakan jarum ent yang sudah diseterilkan.
2.    Dicelupkan jarum ent ke dalam Buffer Phospate pengenceran.
3.    Divortex.
4.    Dibuat pengenceran sampai Buffer Phospate.
5.    Diambil cairan  Buffer Phospatesebanyak 1 ml dengan pipet mikro setelah itu dicampurkan dengan larutan Buffer Phospate dan divortex.
6.    Diambil larutan Buffer Phospate dengan menggunakan pipet mikro sebanyak 1 ml.
7.    Dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi media PDA.
8.    Diratakan dengan menggunakan drigalski setalah itu diberi label PDA
9.    Dilakukan langkah 1 sampai 8 untuk membiakkan inokulum pada media PDA .
10. Diinkubasi selama 2 hari pada suhu 3C.
11. Diamati morfologi koloninya.
























HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi Jamur
No.
Medium PDA
Gambar Asli
Keterangan
1
U1
1.      Sporangium
2.      Spora
3.      Sporangiopora
4.      Germinating Spore
5.      Stolon
6.      Rhizoid
Dalam hasil pengamatan jamur berwarna kuning terdapat hifa dan tumbuh menyebar serta jamur tumbuh sedikit.
2
U2
1.      Sporangium
2.      Spora
3.      Sporangiospora
4.      Germinating Spore
5.      Stolon
6.      Rhizoid
Dalam hasil pengamatn jamur berwarna putih, terdapat hifa, tumbuh menyebar dan jamur tumbuh ebih banyak.









PEMBAHASAN
            Fungi (jamur) adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual dan aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkannya berbeda dengan organism eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrient dan lingkungannya dan miselium fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Gandjar, 1999).
            Jamur memiliki arti yang khas yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium, atau berupa kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu. Jamur tidak memiliki klorofil sehingga hidupnya heterotrof. Jamur berkembang biak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora. Pembiakan jamur secara generatif dengan berbagai macam spora. Pembiakan jamur secara generatif atau aseksual dilakukan dengan isogamet atau heterogamete (Dwidjoseputro, 2010).
            Praktikum morfologi koloni jamur ini menggunakan medium Potato Dextrose Agar (PDA) yang merupakan medium organik semi alamiah. Berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat karena mengandung agar, dan berdasarkan kegunaanya merupakan medium pertumbuhan jamur.
            Berdasarkan hasil pengamatan percobaan, pada media PDA 1 atau , jamur yang diperoleh mempunyai hifa, berwarna kuning, tumbuh meyebar pada permukaan dan jamur yang tumbuh hanya sedikit. Sedangkan pada media PDA 2 atau , jamur yang diperoleh mempunyai hifa, berwarna putih, tumbuhnya meyebar serta jamur yang tumbuh lebih banyak dari media PDA 1. Perbedaan yang terjadi pada warna jamur PDA 1 dan PDA 2 kemungkinan disebabkan kesalahan pada saat praktikum. Jamur yang seharusnya tumbuh berwarna putih, namun pada media PDA 1, jamur yang tumbuh berwarna kuning. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kontaminasi pada saat proses praktikum atau terjadi kesalahan pada saat meratakan media dengan drigalski sehingga media menjadi rusak.
Praktikum ini dilakukan pengenceran bertingkat. Pengeceran ini bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi kepadatan mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Pengenceran juga mempengaruhi jumlah pertumbuhan jamur. Penanaman dilakukan secara duplo agar apabila terjadi kesalahan atau kegagalan pada penanaman masih ada cadangan yang tersedia.
            Kemungkinan jamur yang tumbuh dilihat dari morfologinya adalah Rhizopus sp. Jenis Rhizopus oryzae yaitu jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe. Ciri- ciri Rhizopus oryzae terdiri dari benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan membentuk miselium, hifa tidak bersekat (bersifat senositik), septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada saat sel reproduksi terbentuk, dinding selnya tersusun dari kitin, koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan, sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok, rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiosfora, sporangia berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak, kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar, spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder (Waluyo, 2005).



















KESIMPULAN
      Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan anatara lain:
1.      Jamur merupakan sel organisme eukariotik, mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, berdinding sel kitin atau selulosa, bereprodukasi seksual dan aseksual.
2.      Potato Dextrose Agar (PDA) pada sampel  dan  mendapatkan hasil yang sama yaitu terdapat hifa, hanya pada sampel  lebih banyak sari .
3.      Pengenceran bertingkat bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi kepadatan mikroba yang tersuspensi pada cairan.
4.      Pengenceran dilakukan agar memudahkan identifikasi jamur dan pengenceran mempengaruhi jumlah tumbuhnya jamur.
5.      Kemungkinan jamur yang tumbuh dalam praktikum ini diduga merupakan Rhizopus oryzae.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar