|

MORFOLOGI
JAMUR BENANG
PENDAHULUAN
Latar belakang
Jamur benang merupakan jamur yang dapat membentuk miselium dan
berbagai bentuk spora. Jamur benang adalah golongan fungi yang membentuk
jaringan miselium dan spora yang tampak teteapi tidak dapat membentuk badan
buah yang mikroskopis. Jamur dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu
seksual dan aseksual. Berdasarkan spora seksualnya sebagai contoh yaitu Ascomycetes yang memebentuk spora
seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus. Sedangkan berdasarkan spora
aseksualnya adalah Basidiomycetes yang
memebentuk seksual dalam basidium. Morfologi dan penataan spora aseksual
berperan dalam identifikasi jamur. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
praktikum ini untuk mengetahui morfologi jenis-jenis jamur benang.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui morfologi beberapa jamur benang secara mikroskopis dan membedakan
jenis jamur benang satu dengan lainnya.
TINJAUAN
PUSTAKA
Jamur
adalah sekelompok mikroorganisme yang digabungkan dalam takson kingdom fungi,
berdasarkan sistem Whittaker. Kingdom
fungi mempunyai ciri yang khas yaitu bersifat heterotrof yang mengabsorbsikan
nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrof
dengan mendapatkan nutrisi dari
organisme hidup, atau dengan bersimbisos mutualisme dengan satu organisme.
Produksi kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy
(sifat yang serupa) antara
fungi, choanoflagellata dan hewan.
Hal ini menjadi bukti bahwa secara evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan
dibandingkan tumbuhan. Kingdom fungi dapat dibagi menjadi empat filum, yaitu Chyhydiomycota, Zygomycota, Ascomycota dan
Basidiomycota. Masing-masing filum
ini memiliki anggota baik uniseluler maupun multiseluler (Purves, 2003).
Klasifikasi jamur yang penting dalam
mikroniologi ialah kelas Mycomycetes, kelas
Pycomytes, kelas Ascomycetes dan kelas Ceuteromycetes.
Perbedaan yang penting diantara kelas Pycomycetes
dan Ascomycetes ialah bahwa miselium Pycomycetes serupa tabung panjang yang tidak terbagi-bagi,
sedangkan miselium Ascomycetes serupa
tabung panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-cabang, suatu
helai disebut hifa. Tubuh Mycomycetes tidak
terdiri atas hifa atau miselium, tetapi berupa seonggok plasma yang tidak
selalu terwadahi dalam satu sel (Dwidjoseputro, 2010).
Kapang adalah fungi multiseluler
ysng mempunyai filamen dan pertumbuhannnya pada makanan dapat dilihat karena
penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan
berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan berbentuk berbagai warna
tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak=thalli)
yang tersusun dari filamen yang bercabang disebut hifa (tunggal=hypa;
jamak=hypae). Kumpulan dari hifa disebut misselium (tunggal=myselium;
jamak=mycelia) (Pelczar, 2011).
Kapang (jamur benang) merupakan
mikroba dalam kelompok fungi yang berbentuk filamen, yaitu strukturnya terdiri
dari benang-benang halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk
kumpulan massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa
menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti kapas yang
tumbuh pada tempe. Kapang juga mempunyai struktur yang disebut spora yang pada
umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa. Spora merupakan struktur yang
sangat ringan dan mudah menyebar kemana-mana. Spora adalah alat
perkembangbiakan kapang karena pada kondisi substrat dan lingkungan yang baik
spora dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi struktur kapang yang lengkap
(Anonim, 2012).
Menurut fungsinya ada dua tipe hifa,
yaitu hifa vegetatif dan hifa fertil ialah hifa yang dapat membentuk sel-sel
reproduktif (menghasilkan alat-alat pembiakan) seperti spora. Biasanya
hifa ini tumbuh tegak sebagai hifa udara. Hifa vegetatif ialah hifa yang
berfungsi mendapatkan makanannya dari substrat. Hifa ini biasanya menjalar
diatas permukaan atau menembus kedalam substrat (Nazaruddin 2014) .
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Waktu
dan tempat praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 November 2014 di Laboratorium
Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.
Alat dan bahan
praktikum
a. Alat-alat
praktikum
Adapun
alat-alat yang duigunakan dalam praktikum ini adalah pipet tetes, jarum ent,
jarum preparat, kaca preparat, kaca penutup preparat, cawan petri, tisu,
mikroskop elektron dan bunsen.
b. Bahan-bahan
praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah sawut
(Penicillium sp.),
permen susu (Rhizipos oligosporus),
iwel (Aspergillus sp.), dendeng (Neurospora sp.), aquades dan tisu.
Prosedur Kerja
1. Disipakan
alat-alat dan bahan praktikum.
2. Disterilkan
alat menggunakan alkohol.
3. Diletakkan
aquades pada kaca preparat.
4. Diletakkan
jamur diatas kaca preparat yang telah ditetesi aquades.
5. Ditutup
dengan menggunakan kaca penutup preparat.
6. Diltakkan
kaca preparat diatas meja preparat.
7. Diamati
dan digambar morfologi jamur benang yang terlihat pada mikroskop.
HASIL
PENGAMATAN
Tabel
6.1 hasil Pengmatan Morfologi Jamur Benang
Klp
|
Nama Jamur / sampel
|
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
Keterangan
|
9
|
Aspergillus
sp.
(Iwel)
|
![]() |
![]() |
1.
Konidia
2.
Sterigmata
3.
Verikula
4.
Konidiofor
5.
Sel kaki
6.
Misselium
Warna
: hitam & putih
|
10
|
Rhizopus
oligosporus
(Permen susu)
|
![]() |
![]() |
1.
Sporangium
2.
Sporangiospora
3.
Kolumela
4.
Sporangiofor
5.
Stolon
6.
Rhizoid
7.
Warna orange, coklat
(bentuk spora)
|
11
|
Penicillium
sp.
(Sawut)
|
![]() |
![]() |
1.
Sporangium
2.
Sporangiospora
3.
Kolumela
4.
Sporangiopore
5.
Stolon
|
12
|
Neurospora
sp.
(Dendeng)
|
![]() |
![]() |
1.
Konidia
2.
Sterigmata
3.
Neetula
4.
Brachia
5.
Konidofor
6.
Sel Kaki
|
PEMBAHASAN
Jamur adalah mikroorganisme yang
sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, tidak berklorofil,
dinding selnya mengandung kitin atau selulosa atau keduanya, heterotrof,
absortif dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa
dan genertif yaitu spora. Jamur pada ummnya multiseluler (bersel banyak).
Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur
tubuh pertumbuhan dan reproduksinya. Tubuh jamur terdiri dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium
menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur
menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa (Pelczar, 2011).
Morfologi secara harfiah berarti
‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphas).
Morfologi jamur merupakan ilmu yang memepelajari tentang bentuk jamur dan
mencakup bagian-bagiannya. Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya
bersifat uniseluler dapat diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat
bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil.
Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu
mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop
stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron (Tarigan, 2008). Pada praktikum ini,
identifikasi jamur dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektrik binokuler
dengan mengamati sifta-sifat morfologinya dan fisologinya.
Praktikum
kali ini, dilakukan pengamatan morfologi jamur, dengan menggunakan empat sampel
produk pangan yaitu iwel, permen susu, sawut dan dendeng. Pada iwel yaitu jamur
Aspergillus sp. Pada permen susu
yaitu jamur Rhizopus oligosporus,
pada sawut yaitu jamur Penicillium sp., dan pada dendeng
yaitu jamur Neurospora sp.
Hasil morfologi Aspergillus
sp. jamur pada iwel yaitu terdapat vesikula,
konidiofor, sel kaki dan miselium. Warna yang tampak pada jamur Aspergillus sp yang ada pada hasil
pengamatan yaitu kecoklatan. Menurut Nazaruddin (2014) morfologi dari Aspergillus sp. yaitu konidia,
sterigmata, vesikula, konidiofor, sel kaki, dan miselium. Morfologi yang nampak pada hasil pengamatan
tidak sama dengan literarur, kemungkinan hal ini disebabkan pada saat
pengambilan jamur pada medium terjadi kesalahan yaitu biakan yang diambil
terlalu sedikit atau pada saat difiksasi terlalu panas. Karakteristik iwel
yaitu iwel terbuat dari beras ketan dimana ketan mengandung banyak nutrisi
yaitu energi yang terkandung sebesar 362 kilokalori, protein 6,7 gram,
karbohidrat 79,4 gram. Kadar air yang sesuai untuk ketan untuk pengembangan
yaitu antara 8-9%. Kerenyahan suatu produk dipengaruhi oleh Aw (aktivitas air).
Makin kecil Aw maka produk akan semakin kering.
Dalam bidang pangan, Aspergillus sp. sangat bermanfaat
yaitu banyak digunakan dalam fermentasi kedelai untuk kecap, dalam produksi
asam sitrat (pengawet makanan) dan produksi enzim amiloglukoside. Aspergillus sp. dapat menghasilkan
mitoksin, dimana mitoksin ini didefinisikan sebagai zat yang diproduksi oleh
jamur dalam bahan makanan, dan bersifat tahan terhadap panas sehingga dengan
pengolahan, pemanasan tidak menjamin berkurangnya aktifitas toksin tersebut.
Pada pengamatan iwel dengan menggunakan mikroskop elektron ditemukan jamur Aspergillus sp.
dengan warna dasar putih kekuningan dan
kondiospora berwarna coklat. Pengamatan ini dilakukan dengan perbesaran
10x0,25.
Pengamatan pada sampel permen susu
ditemukan jamur yaitu Rhizopus
oligosporus. Jamur ini termasuk ke dalam ordo Mucorales dari fillum Zygomycota,
mempunyai hifa tidak bersekat, berinti banyak dan melakukan reproduksi
secara aseksual dan seksual. Koloni jamur ini berwarna abu kecoklatan.
Sporangifor tunggal dengan dinding halus atau agak sedikit kasar. Sporangia
globosa pada saat masak berwarna hitam kecoklatan. Jamur ini dapat tumbuh
optimum pada suhu 30-35oC dan banyak ditemukan ditanah, buah dan
sayuran yang membusuk serta roti yang sudah lama. Pada pengamatan permen susu
ditemukan Rhizopus oligosporus dengan
perbesaran 40x10 berwarna coklat pada sporangium, orange pada sporangiofor dan
berbentuk spiral.
Pengamatan pada sampel sawut ditemukan
jamur yaitu Penicillium sp. Jamur ini adalah genus fungi dari ordo
Hypomycetes, filum Ascomycta. Memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan
spora yang disebut konidium. Konidium tidak memiliki selubung pelindung
sehingga berbeda dari sporangium. Spora yang dihasilkan konidium disebut
konidia, sedangkan tangkainya disebut konidiofor. Tempat pembentukan dan
pematangan spora disebut dengan sterigma. Jamur ini banyak ditemukan pada zat
organik biodegredable. Pada
pengamatan sawut dengan perbesaran 40x10 berwarna kuning atau oranye. Bagian
yang terlihat hanya sterigma, metula dan brachia.
Neurospora sp. ini tumbuh pada olahan
pangan yaitu dendeng. Morfologi jamur Neurospora
sp. berdasarkan hasil
pengamatan yaitu hifa dan konidia. Sedangkan menurut Ellin (2013) morfologi
jamur Neurospora sp. adalah konidia, hifa,
dan konidiofor. Dendeng mengandung 410 kalori; 25,6 gram lemak; 11 gram
karbohidrat dan 33,2 gram protein setiap 100 gram dendeng. Jamur Neurospora sp. hidup pada suhu rendah
atau tempat lembab. Jadi aktivitas air pada jamur ini sendiri sangat tinggi. Neurospora sp. ini biasa digunakan
pada pembuatan oncom. Neurospora sp
ini berwarna orange dan sering tumbuh
di kayu yang telah dibakar.
Jamur Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp.,
merupakan jamur yang menguntungkan. Aspergillus
sp., dimanfaatkan dalam pembuatan
kecap dan tauco yang terbuat dari kacang kedelai. Rhizopus oligosporus dimanfaatkan dalam pembuatan tempe. Penicillium sp., dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik (Penicillium nutatum) dan pembuatan keju (Penicillium camembertil). Dan
Neurospora sp., digunakan dalam pembuatan oncom.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah faktor substrat, kelembapan, suhu,
derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya.
Substrat merupaan sumber utama nutrien bagi jamur. Kelembapan dari jamur
merupaka faktor yang penting bagi pertumbuhan jamur, kelmbapann yang diperlukan
oleh jamur berbeda-beda tergantung pada jenisnya. Suhu lingkungan juga berperan
penting dalam bagi pertumbuhan, berdasarkan suhu dapat dikelompokkan menjadai
psikofil, mesofil dan termofil. pH substart sangat penting karena enzim-enzim
tertentu hanya akan mengurai substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH
tertentu. Senyawa-senyawa kimia yang tidak diperlukan lagi akan dikeluarkan
kelingkungan sebagai bentuk dari pengamanan terhadap organisme lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara
lain:
1. Jamur
benang merupakan jamur berbentuk benang, multiseluler, tidak berklorofil,
umumnya hidup sebagai saprofit dan parasit.
2. Jamur
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aspergillus
sp., Neurospora sp., Rhizopus oligosporus dan Penicillium sp.
3. Pada
makanan iwel ditemukan jamur Aspergillus
sp., pada permen susu ditemukan jamur Rhizopus
oligosporus, pada swut yaitu Penicillium
sp., dan pada dendeng yaitu Neurospora
sp.
4. Jamur
Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp. termasuk
kedalam jamur yang menguntungkan.
5. Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah substrat, kelembapan, suhu, derajat
keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia dilingkungannya.
|

MORFOLOGI
JAMUR BENANG
PENDAHULUAN
Latar belakang
Jamur benang merupakan jamur yang dapat membentuk miselium dan
berbagai bentuk spora. Jamur benang adalah golongan fungi yang membentuk
jaringan miselium dan spora yang tampak teteapi tidak dapat membentuk badan
buah yang mikroskopis. Jamur dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu
seksual dan aseksual. Berdasarkan spora seksualnya sebagai contoh yaitu Ascomycetes yang memebentuk spora
seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus. Sedangkan berdasarkan spora
aseksualnya adalah Basidiomycetes yang
memebentuk seksual dalam basidium. Morfologi dan penataan spora aseksual
berperan dalam identifikasi jamur. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
praktikum ini untuk mengetahui morfologi jenis-jenis jamur benang.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui morfologi beberapa jamur benang secara mikroskopis dan membedakan
jenis jamur benang satu dengan lainnya.
TINJAUAN
PUSTAKA
Jamur
adalah sekelompok mikroorganisme yang digabungkan dalam takson kingdom fungi,
berdasarkan sistem Whittaker. Kingdom
fungi mempunyai ciri yang khas yaitu bersifat heterotrof yang mengabsorbsikan
nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrof
dengan mendapatkan nutrisi dari
organisme hidup, atau dengan bersimbisos mutualisme dengan satu organisme.
Produksi kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy
(sifat yang serupa) antara
fungi, choanoflagellata dan hewan.
Hal ini menjadi bukti bahwa secara evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan
dibandingkan tumbuhan. Kingdom fungi dapat dibagi menjadi empat filum, yaitu Chyhydiomycota, Zygomycota, Ascomycota dan
Basidiomycota. Masing-masing filum
ini memiliki anggota baik uniseluler maupun multiseluler (Purves, 2003).
Klasifikasi jamur yang penting dalam
mikroniologi ialah kelas Mycomycetes, kelas
Pycomytes, kelas Ascomycetes dan kelas Ceuteromycetes.
Perbedaan yang penting diantara kelas Pycomycetes
dan Ascomycetes ialah bahwa miselium Pycomycetes serupa tabung panjang yang tidak terbagi-bagi,
sedangkan miselium Ascomycetes serupa
tabung panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-cabang, suatu
helai disebut hifa. Tubuh Mycomycetes tidak
terdiri atas hifa atau miselium, tetapi berupa seonggok plasma yang tidak
selalu terwadahi dalam satu sel (Dwidjoseputro, 2010).
Kapang adalah fungi multiseluler
ysng mempunyai filamen dan pertumbuhannnya pada makanan dapat dilihat karena
penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan
berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan berbentuk berbagai warna
tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak=thalli)
yang tersusun dari filamen yang bercabang disebut hifa (tunggal=hypa;
jamak=hypae). Kumpulan dari hifa disebut misselium (tunggal=myselium;
jamak=mycelia) (Pelczar, 2011).
Kapang (jamur benang) merupakan
mikroba dalam kelompok fungi yang berbentuk filamen, yaitu strukturnya terdiri
dari benang-benang halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk
kumpulan massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa
menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti kapas yang
tumbuh pada tempe. Kapang juga mempunyai struktur yang disebut spora yang pada
umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa. Spora merupakan struktur yang
sangat ringan dan mudah menyebar kemana-mana. Spora adalah alat
perkembangbiakan kapang karena pada kondisi substrat dan lingkungan yang baik
spora dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi struktur kapang yang lengkap
(Anonim, 2012).
Menurut fungsinya ada dua tipe hifa,
yaitu hifa vegetatif dan hifa fertil ialah hifa yang dapat membentuk sel-sel
reproduktif (menghasilkan alat-alat pembiakan) seperti spora. Biasanya
hifa ini tumbuh tegak sebagai hifa udara. Hifa vegetatif ialah hifa yang
berfungsi mendapatkan makanannya dari substrat. Hifa ini biasanya menjalar
diatas permukaan atau menembus kedalam substrat (Nazaruddin 2014) .
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Waktu
dan tempat praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 November 2014 di Laboratorium
Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.
Alat dan bahan
praktikum
a. Alat-alat
praktikum
Adapun
alat-alat yang duigunakan dalam praktikum ini adalah pipet tetes, jarum ent,
jarum preparat, kaca preparat, kaca penutup preparat, cawan petri, tisu,
mikroskop elektron dan bunsen.
b. Bahan-bahan
praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah sawut
(Penicillium sp.),
permen susu (Rhizipos oligosporus),
iwel (Aspergillus sp.), dendeng (Neurospora sp.), aquades dan tisu.
Prosedur Kerja
1. Disipakan
alat-alat dan bahan praktikum.
2. Disterilkan
alat menggunakan alkohol.
3. Diletakkan
aquades pada kaca preparat.
4. Diletakkan
jamur diatas kaca preparat yang telah ditetesi aquades.
5. Ditutup
dengan menggunakan kaca penutup preparat.
6. Diltakkan
kaca preparat diatas meja preparat.
7. Diamati
dan digambar morfologi jamur benang yang terlihat pada mikroskop.
HASIL
PENGAMATAN
Tabel
6.1 hasil Pengmatan Morfologi Jamur Benang
Klp
|
Nama Jamur / sampel
|
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
Keterangan
|
9
|
Aspergillus
sp.
(Iwel)
|
![]() |
![]() |
1.
Konidia
2.
Sterigmata
3.
Verikula
4.
Konidiofor
5.
Sel kaki
6.
Misselium
Warna
: hitam & putih
|
10
|
Rhizopus
oligosporus
(Permen susu)
|
![]() |
![]() |
1.
Sporangium
2.
Sporangiospora
3.
Kolumela
4.
Sporangiofor
5.
Stolon
6.
Rhizoid
7.
Warna orange, coklat
(bentuk spora)
|
11
|
Penicillium
sp.
(Sawut)
|
![]() |
![]() |
1.
Sporangium
2.
Sporangiospora
3.
Kolumela
4.
Sporangiopore
5.
Stolon
|
12
|
Neurospora
sp.
(Dendeng)
|
![]() |
![]() |
1.
Konidia
2.
Sterigmata
3.
Neetula
4.
Brachia
5.
Konidofor
6.
Sel Kaki
|
PEMBAHASAN
Jamur adalah mikroorganisme yang
sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, tidak berklorofil,
dinding selnya mengandung kitin atau selulosa atau keduanya, heterotrof,
absortif dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa
dan genertif yaitu spora. Jamur pada ummnya multiseluler (bersel banyak).
Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur
tubuh pertumbuhan dan reproduksinya. Tubuh jamur terdiri dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium
menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur
menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa (Pelczar, 2011).
Morfologi secara harfiah berarti
‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphas).
Morfologi jamur merupakan ilmu yang memepelajari tentang bentuk jamur dan
mencakup bagian-bagiannya. Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya
bersifat uniseluler dapat diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat
bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil.
Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu
mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop
stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron (Tarigan, 2008). Pada praktikum ini,
identifikasi jamur dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektrik binokuler
dengan mengamati sifta-sifat morfologinya dan fisologinya.
Praktikum
kali ini, dilakukan pengamatan morfologi jamur, dengan menggunakan empat sampel
produk pangan yaitu iwel, permen susu, sawut dan dendeng. Pada iwel yaitu jamur
Aspergillus sp. Pada permen susu
yaitu jamur Rhizopus oligosporus,
pada sawut yaitu jamur Penicillium sp., dan pada dendeng
yaitu jamur Neurospora sp.
Hasil morfologi Aspergillus
sp. jamur pada iwel yaitu terdapat vesikula,
konidiofor, sel kaki dan miselium. Warna yang tampak pada jamur Aspergillus sp yang ada pada hasil
pengamatan yaitu kecoklatan. Menurut Nazaruddin (2014) morfologi dari Aspergillus sp. yaitu konidia,
sterigmata, vesikula, konidiofor, sel kaki, dan miselium. Morfologi yang nampak pada hasil pengamatan
tidak sama dengan literarur, kemungkinan hal ini disebabkan pada saat
pengambilan jamur pada medium terjadi kesalahan yaitu biakan yang diambil
terlalu sedikit atau pada saat difiksasi terlalu panas. Karakteristik iwel
yaitu iwel terbuat dari beras ketan dimana ketan mengandung banyak nutrisi
yaitu energi yang terkandung sebesar 362 kilokalori, protein 6,7 gram,
karbohidrat 79,4 gram. Kadar air yang sesuai untuk ketan untuk pengembangan
yaitu antara 8-9%. Kerenyahan suatu produk dipengaruhi oleh Aw (aktivitas air).
Makin kecil Aw maka produk akan semakin kering.
Dalam bidang pangan, Aspergillus sp. sangat bermanfaat
yaitu banyak digunakan dalam fermentasi kedelai untuk kecap, dalam produksi
asam sitrat (pengawet makanan) dan produksi enzim amiloglukoside. Aspergillus sp. dapat menghasilkan
mitoksin, dimana mitoksin ini didefinisikan sebagai zat yang diproduksi oleh
jamur dalam bahan makanan, dan bersifat tahan terhadap panas sehingga dengan
pengolahan, pemanasan tidak menjamin berkurangnya aktifitas toksin tersebut.
Pada pengamatan iwel dengan menggunakan mikroskop elektron ditemukan jamur Aspergillus sp.
dengan warna dasar putih kekuningan dan
kondiospora berwarna coklat. Pengamatan ini dilakukan dengan perbesaran
10x0,25.
Pengamatan pada sampel permen susu
ditemukan jamur yaitu Rhizopus
oligosporus. Jamur ini termasuk ke dalam ordo Mucorales dari fillum Zygomycota,
mempunyai hifa tidak bersekat, berinti banyak dan melakukan reproduksi
secara aseksual dan seksual. Koloni jamur ini berwarna abu kecoklatan.
Sporangifor tunggal dengan dinding halus atau agak sedikit kasar. Sporangia
globosa pada saat masak berwarna hitam kecoklatan. Jamur ini dapat tumbuh
optimum pada suhu 30-35oC dan banyak ditemukan ditanah, buah dan
sayuran yang membusuk serta roti yang sudah lama. Pada pengamatan permen susu
ditemukan Rhizopus oligosporus dengan
perbesaran 40x10 berwarna coklat pada sporangium, orange pada sporangiofor dan
berbentuk spiral.
Pengamatan pada sampel sawut ditemukan
jamur yaitu Penicillium sp. Jamur ini adalah genus fungi dari ordo
Hypomycetes, filum Ascomycta. Memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan
spora yang disebut konidium. Konidium tidak memiliki selubung pelindung
sehingga berbeda dari sporangium. Spora yang dihasilkan konidium disebut
konidia, sedangkan tangkainya disebut konidiofor. Tempat pembentukan dan
pematangan spora disebut dengan sterigma. Jamur ini banyak ditemukan pada zat
organik biodegredable. Pada
pengamatan sawut dengan perbesaran 40x10 berwarna kuning atau oranye. Bagian
yang terlihat hanya sterigma, metula dan brachia.
Neurospora sp. ini tumbuh pada olahan
pangan yaitu dendeng. Morfologi jamur Neurospora
sp. berdasarkan hasil
pengamatan yaitu hifa dan konidia. Sedangkan menurut Ellin (2013) morfologi
jamur Neurospora sp. adalah konidia, hifa,
dan konidiofor. Dendeng mengandung 410 kalori; 25,6 gram lemak; 11 gram
karbohidrat dan 33,2 gram protein setiap 100 gram dendeng. Jamur Neurospora sp. hidup pada suhu rendah
atau tempat lembab. Jadi aktivitas air pada jamur ini sendiri sangat tinggi. Neurospora sp. ini biasa digunakan
pada pembuatan oncom. Neurospora sp
ini berwarna orange dan sering tumbuh
di kayu yang telah dibakar.
Jamur Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp.,
merupakan jamur yang menguntungkan. Aspergillus
sp., dimanfaatkan dalam pembuatan
kecap dan tauco yang terbuat dari kacang kedelai. Rhizopus oligosporus dimanfaatkan dalam pembuatan tempe. Penicillium sp., dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik (Penicillium nutatum) dan pembuatan keju (Penicillium camembertil). Dan
Neurospora sp., digunakan dalam pembuatan oncom.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah faktor substrat, kelembapan, suhu,
derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya.
Substrat merupaan sumber utama nutrien bagi jamur. Kelembapan dari jamur
merupaka faktor yang penting bagi pertumbuhan jamur, kelmbapann yang diperlukan
oleh jamur berbeda-beda tergantung pada jenisnya. Suhu lingkungan juga berperan
penting dalam bagi pertumbuhan, berdasarkan suhu dapat dikelompokkan menjadai
psikofil, mesofil dan termofil. pH substart sangat penting karena enzim-enzim
tertentu hanya akan mengurai substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH
tertentu. Senyawa-senyawa kimia yang tidak diperlukan lagi akan dikeluarkan
kelingkungan sebagai bentuk dari pengamanan terhadap organisme lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara
lain:
1. Jamur
benang merupakan jamur berbentuk benang, multiseluler, tidak berklorofil,
umumnya hidup sebagai saprofit dan parasit.
2. Jamur
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aspergillus
sp., Neurospora sp., Rhizopus oligosporus dan Penicillium sp.
3. Pada
makanan iwel ditemukan jamur Aspergillus
sp., pada permen susu ditemukan jamur Rhizopus
oligosporus, pada swut yaitu Penicillium
sp., dan pada dendeng yaitu Neurospora
sp.
4. Jamur
Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp. termasuk
kedalam jamur yang menguntungkan.
5. Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah substrat, kelembapan, suhu, derajat
keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia dilingkungannya.
daftar pustakanya dong..hehe
BalasHapus