MORFOLOGI KOLONI JAMUR
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Jamur merupakan organisme yang
sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, bercabang-cabang,
tidak berklorofil, dinding selnya mengandung selulosa, kitin atau keduanya,
heterotrof dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa
hifa dan generatif yaitu spora. Kebanyakan jamur masuk ke dalam kelompok
kapang. Tubuh vegetatif kapang berbentuk filament panjang bercabang yang
seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari
permukaan substrat. Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler
(berinti satu), bentuknya bulat atau oval. Pengamatan morfologi sangat penting
untuk identifikasi dan determinasi. Pengamatan morfologi dapat dilakukan
pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis (Coyne dalam Ardhy, 2013). Oleh
karena itu, perlu dilakukan praktikum morfologi koloni jamur ini dilaksanakan.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk
mengamati pertumbuhan jamur, mengamati bentuk-bentuk koloni jamur.
TINJAUAN
PUSTAKA
Fungi (jamur) merupakan organism
eukariot yang memiliki dinding sel yang tersusun dari kitin dan memiliki
nukleat yang banyak. Fungi bersifat kemoorganotof, karena mendapatkan nutrisi
dengan cara mensekresikan enzim ekstrakseluler yang dapat mencerna senyawa
organik kompleks seperti polisakarida dan protein penyusun monomer, dan
kemudian diserap ke dalam sul fungi. Fungi berperan di ekosistem sebagai decomposer, hidup dengan mencerna materi
organik dsri sisa-sisa makhluk hidup seperti sampah daun, kayu tumbang serta
jasad organisme yang sudah mati. Fungi juga bisa berperan sebagai parasit,
hidup dengan menyerap nutrient dan sel hidup dari organisme inang yang mereka
serang (Madigan, 2009).
Fungi ada yang bersifat parasit dan
ada pula yang bersifat saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan
makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya, sedangkan
bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak
merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan mengambil
sumber karbon dari karbohidrat (misalnya
sukrosa, glukosa, dan maltosa), sumber nitrogen dari bahan organik atau
anorganik, dan mineral dari substranya (Dwidjoseputro, 2010).
Jamur dibagi menjadi dua yaitu
khamir (yeast) dan kapang (mold). Khamir adalah bentuk sel tunggal
dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar
daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar
bakteri yang terbesar. Biasanya berbentuk telur, tetapi ada beberapa yang
memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas.
Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Tubuh
atau tallus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari bagian miselium dan spora.
Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa
lebarnya 5-10 um, dibandingkan dengan sel bakteri yang besarnya berdiameter 1
um (Coyne dalam Ardhy, 2013).
Fungi dapat ditemukan pada arena
substrat, baik di lingkungan darat, perairan, maupun udara. Tidaklah sulit
menemukan fungi di alam karena bagian vegetatifnya yang umumnya berupa miselium
berwarna putih mudah terlihat pada
substrat yang membusuk (kayu lapuk, buah-buahan, yang terlalu masak, makanan
yang membusuk). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna
(merah, hitam, jingga, putih) pada daun batang, kertas, tekstil, kulit dan
lain-lain. Tubuh buah fungi langsung dapat dilihat dengan kasat mata, sedangkan
miselium vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop (Waluyo, 2005).
Pengamatan morfologi jamur sangat
penting untuk identifikasi dan determinasi. Dalam pengamatan morfologi secara
mikroskopis ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu hifa bersepta atau
tidak, transparan atau keruh, berwarna atau tidak, atau bentuk, warna, ukuran
dan sebagainya (Anonim, 2009).
Khamir merupakan fungsi uniseluller
tanpa misellium, hanya merupakan sel tunggal. Beberapa khamir berbentuk
spheroidal, elip, berbentuk lemon atau
silinder. Reproduksi aseksualnya dengan bertunas atau berfusi. Beberapa khamir
tidak memproduksi spora sehingga disebut asporogenous dan digolongkan kedalam
fungi imporfekti. Adapun khamir yang memproduksi spora, khamir ini disebut
sporagenous dan digolongkan ke dalam kelas ascomicetes
dan basidiomycetes (Sumarsih, 2011).
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 11 November 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan
Praktikum
a.
Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah cawan petri, lampu Bunsen, jarum ose, incubator, vortex, tabung
reaksi, yellow tip, mikropipet, blue tip.
b.
Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah media Potato Dextrose Agar
(PDA), media Nutrient Agar, alkohol,
aquades, biakan Bacillus sp., Buffer Phospate.
Prosedur Kerja
1. Diambil
kultur dengan menggunakan jarum ent yang sudah diseterilkan.
2. Dicelupkan
jarum ent ke dalam Buffer Phospate pengenceran
.

3. Divortex.
4. Dibuat
pengenceran sampai Buffer Phospate
.

5. Diambil
cairan Buffer Phospate
sebanyak
1 ml dengan pipet mikro setelah itu dicampurkan dengan larutan Buffer Phospate
dan divortex.


6. Diambil
larutan Buffer Phospate
dengan menggunakan pipet mikro sebanyak 1 ml.

7. Dimasukkan
ke dalam cawan petri yang berisi media PDA.
8. Diratakan
dengan menggunakan drigalski setalah itu diberi label PDA 

9. Dilakukan
langkah 1 sampai 8 untuk membiakkan inokulum pada media PDA
.

10.
Diinkubasi selama 2 hari pada suhu 3
C.

11.
Diamati morfologi koloninya.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi Jamur
No.
|
Medium PDA
|
Gambar Asli
|
Keterangan
|
1
|
U1
|
![]() |
1.
Sporangium
2.
Spora
3.
Sporangiopora
4.
Germinating Spore
5.
Stolon
6.
Rhizoid
Dalam hasil pengamatan jamur berwarna kuning terdapat
hifa dan tumbuh menyebar serta jamur tumbuh sedikit.
|
2
|
U2
|
![]() |
1.
Sporangium
2.
Spora
3.
Sporangiospora
4.
Germinating Spore
5.
Stolon
6.
Rhizoid
Dalam hasil pengamatn jamur berwarna putih, terdapat
hifa, tumbuh menyebar dan jamur tumbuh ebih banyak.
|
PEMBAHASAN
Fungi (jamur) adalah mikroorganisme
tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel
dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual dan aseksual. Dalam dunia
kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkannya
berbeda dengan organism eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi. Sebagian
besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling
berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas
miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrient dan lingkungannya dan
miselium fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Gandjar, 1999).
Jamur memiliki arti yang khas yaitu
berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium, atau berupa
kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu. Jamur tidak memiliki klorofil
sehingga hidupnya heterotrof. Jamur berkembang biak secara vegetatif dan
generatif dengan berbagai macam spora. Pembiakan jamur secara generatif dengan
berbagai macam spora. Pembiakan jamur secara generatif atau aseksual dilakukan
dengan isogamet atau heterogamete (Dwidjoseputro, 2010).
Praktikum morfologi koloni jamur ini
menggunakan medium Potato Dextrose Agar
(PDA) yang merupakan medium organik semi alamiah. Berdasarkan konsistensinya
merupakan medium padat karena mengandung agar, dan berdasarkan kegunaanya
merupakan medium pertumbuhan jamur.
Berdasarkan hasil pengamatan
percobaan, pada media PDA 1 atau
,
jamur yang diperoleh mempunyai hifa, berwarna kuning, tumbuh meyebar pada
permukaan dan jamur yang tumbuh hanya sedikit. Sedangkan pada media PDA 2 atau
,
jamur yang diperoleh mempunyai hifa, berwarna putih, tumbuhnya meyebar serta
jamur yang tumbuh lebih banyak dari media PDA 1. Perbedaan yang terjadi pada
warna jamur PDA 1 dan PDA 2 kemungkinan disebabkan kesalahan pada saat
praktikum. Jamur yang seharusnya tumbuh berwarna putih, namun pada media PDA 1,
jamur yang tumbuh berwarna kuning. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya
kontaminasi pada saat proses praktikum atau terjadi kesalahan pada saat
meratakan media dengan drigalski sehingga media menjadi rusak.


Praktikum
ini dilakukan pengenceran bertingkat. Pengeceran ini bertujuan untuk
memperkecil atau mengurangi kepadatan mikroba yang tersuspensi dalam cairan.
Pengenceran juga mempengaruhi jumlah pertumbuhan jamur. Penanaman dilakukan
secara duplo agar apabila terjadi kesalahan atau kegagalan pada penanaman masih
ada cadangan yang tersedia.
Kemungkinan jamur yang tumbuh dilihat dari morfologinya
adalah Rhizopus sp. Jenis Rhizopus oryzae yaitu jamur yang sering
digunakan dalam pembuatan tempe. Ciri- ciri Rhizopus
oryzae terdiri dari
benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan membentuk miselium, hifa tidak
bersekat (bersifat senositik), septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada
saat sel reproduksi terbentuk, dinding selnya tersusun dari kitin, koloni berwarna putih
berangsur-angsur menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar dan tidak
berwarna hingga kuning kecoklatan, sporangiofora tumbuh dari stolon dan
mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok, rhizoid tumbuh berlawanan
dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiosfora, sporangia berwarna
coklat gelap sampai hitam bila telah masak, kolumela oval hingga bulat, dengan
dinding halus atau sedikit kasar, spora bulat, oval atau berbentuk elips atau
silinder (Waluyo, 2005).
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan anatara lain:
1. Jamur
merupakan sel organisme eukariotik, mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk
hifa atau sel tunggal, berdinding sel kitin atau selulosa, bereprodukasi
seksual dan aseksual.
2. Potato Dextrose Agar
(PDA) pada sampel
dan
mendapatkan hasil yang sama yaitu terdapat
hifa, hanya pada sampel
lebih banyak sari
.




3. Pengenceran
bertingkat bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi kepadatan mikroba yang
tersuspensi pada cairan.
4. Pengenceran
dilakukan agar memudahkan identifikasi jamur dan pengenceran mempengaruhi
jumlah tumbuhnya jamur.
5. Kemungkinan
jamur yang tumbuh dalam praktikum ini diduga merupakan Rhizopus
oryzae.
MORFOLOGI KOLONI JAMUR
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Jamur merupakan organisme yang
sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, bercabang-cabang,
tidak berklorofil, dinding selnya mengandung selulosa, kitin atau keduanya,
heterotrof dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa
hifa dan generatif yaitu spora. Kebanyakan jamur masuk ke dalam kelompok
kapang. Tubuh vegetatif kapang berbentuk filament panjang bercabang yang
seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari
permukaan substrat. Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler
(berinti satu), bentuknya bulat atau oval. Pengamatan morfologi sangat penting
untuk identifikasi dan determinasi. Pengamatan morfologi dapat dilakukan
pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis (Coyne dalam Ardhy, 2013). Oleh
karena itu, perlu dilakukan praktikum morfologi koloni jamur ini dilaksanakan.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk
mengamati pertumbuhan jamur, mengamati bentuk-bentuk koloni jamur.
TINJAUAN
PUSTAKA
Fungi (jamur) merupakan organism
eukariot yang memiliki dinding sel yang tersusun dari kitin dan memiliki
nukleat yang banyak. Fungi bersifat kemoorganotof, karena mendapatkan nutrisi
dengan cara mensekresikan enzim ekstrakseluler yang dapat mencerna senyawa
organik kompleks seperti polisakarida dan protein penyusun monomer, dan
kemudian diserap ke dalam sul fungi. Fungi berperan di ekosistem sebagai decomposer, hidup dengan mencerna materi
organik dsri sisa-sisa makhluk hidup seperti sampah daun, kayu tumbang serta
jasad organisme yang sudah mati. Fungi juga bisa berperan sebagai parasit,
hidup dengan menyerap nutrient dan sel hidup dari organisme inang yang mereka
serang (Madigan, 2009).
Fungi ada yang bersifat parasit dan
ada pula yang bersifat saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan
makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya, sedangkan
bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak
merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan mengambil
sumber karbon dari karbohidrat (misalnya
sukrosa, glukosa, dan maltosa), sumber nitrogen dari bahan organik atau
anorganik, dan mineral dari substranya (Dwidjoseputro, 2010).
Jamur dibagi menjadi dua yaitu
khamir (yeast) dan kapang (mold). Khamir adalah bentuk sel tunggal
dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar
daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar
bakteri yang terbesar. Biasanya berbentuk telur, tetapi ada beberapa yang
memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas.
Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Tubuh
atau tallus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari bagian miselium dan spora.
Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa
lebarnya 5-10 um, dibandingkan dengan sel bakteri yang besarnya berdiameter 1
um (Coyne dalam Ardhy, 2013).
Fungi dapat ditemukan pada arena
substrat, baik di lingkungan darat, perairan, maupun udara. Tidaklah sulit
menemukan fungi di alam karena bagian vegetatifnya yang umumnya berupa miselium
berwarna putih mudah terlihat pada
substrat yang membusuk (kayu lapuk, buah-buahan, yang terlalu masak, makanan
yang membusuk). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna
(merah, hitam, jingga, putih) pada daun batang, kertas, tekstil, kulit dan
lain-lain. Tubuh buah fungi langsung dapat dilihat dengan kasat mata, sedangkan
miselium vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop (Waluyo, 2005).
Pengamatan morfologi jamur sangat
penting untuk identifikasi dan determinasi. Dalam pengamatan morfologi secara
mikroskopis ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu hifa bersepta atau
tidak, transparan atau keruh, berwarna atau tidak, atau bentuk, warna, ukuran
dan sebagainya (Anonim, 2009).
Khamir merupakan fungsi uniseluller
tanpa misellium, hanya merupakan sel tunggal. Beberapa khamir berbentuk
spheroidal, elip, berbentuk lemon atau
silinder. Reproduksi aseksualnya dengan bertunas atau berfusi. Beberapa khamir
tidak memproduksi spora sehingga disebut asporogenous dan digolongkan kedalam
fungi imporfekti. Adapun khamir yang memproduksi spora, khamir ini disebut
sporagenous dan digolongkan ke dalam kelas ascomicetes
dan basidiomycetes (Sumarsih, 2011).
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 11 November 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat dan Bahan
Praktikum
a.
Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah cawan petri, lampu Bunsen, jarum ose, incubator, vortex, tabung
reaksi, yellow tip, mikropipet, blue tip.
b.
Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah media Potato Dextrose Agar
(PDA), media Nutrient Agar, alkohol,
aquades, biakan Bacillus sp., Buffer Phospate.
Prosedur Kerja
1. Diambil
kultur dengan menggunakan jarum ent yang sudah diseterilkan.
2. Dicelupkan
jarum ent ke dalam Buffer Phospate pengenceran
.

3. Divortex.
4. Dibuat
pengenceran sampai Buffer Phospate
.

5. Diambil
cairan Buffer Phospate
sebanyak
1 ml dengan pipet mikro setelah itu dicampurkan dengan larutan Buffer Phospate
dan divortex.


6. Diambil
larutan Buffer Phospate
dengan menggunakan pipet mikro sebanyak 1 ml.

7. Dimasukkan
ke dalam cawan petri yang berisi media PDA.
8. Diratakan
dengan menggunakan drigalski setalah itu diberi label PDA 

9. Dilakukan
langkah 1 sampai 8 untuk membiakkan inokulum pada media PDA
.

10.
Diinkubasi selama 2 hari pada suhu 3
C.

11.
Diamati morfologi koloninya.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi Jamur
No.
|
Medium PDA
|
Gambar Asli
|
Keterangan
|
1
|
U1
|
![]() |
1.
Sporangium
2.
Spora
3.
Sporangiopora
4.
Germinating Spore
5.
Stolon
6.
Rhizoid
Dalam hasil pengamatan jamur berwarna kuning terdapat
hifa dan tumbuh menyebar serta jamur tumbuh sedikit.
|
2
|
U2
|
![]() |
1.
Sporangium
2.
Spora
3.
Sporangiospora
4.
Germinating Spore
5.
Stolon
6.
Rhizoid
Dalam hasil pengamatn jamur berwarna putih, terdapat
hifa, tumbuh menyebar dan jamur tumbuh ebih banyak.
|
PEMBAHASAN
Fungi (jamur) adalah mikroorganisme
tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel
dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual dan aseksual. Dalam dunia
kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkannya
berbeda dengan organism eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi. Sebagian
besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling
berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas
miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrient dan lingkungannya dan
miselium fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Gandjar, 1999).
Jamur memiliki arti yang khas yaitu
berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium, atau berupa
kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu. Jamur tidak memiliki klorofil
sehingga hidupnya heterotrof. Jamur berkembang biak secara vegetatif dan
generatif dengan berbagai macam spora. Pembiakan jamur secara generatif dengan
berbagai macam spora. Pembiakan jamur secara generatif atau aseksual dilakukan
dengan isogamet atau heterogamete (Dwidjoseputro, 2010).
Praktikum morfologi koloni jamur ini
menggunakan medium Potato Dextrose Agar
(PDA) yang merupakan medium organik semi alamiah. Berdasarkan konsistensinya
merupakan medium padat karena mengandung agar, dan berdasarkan kegunaanya
merupakan medium pertumbuhan jamur.
Berdasarkan hasil pengamatan
percobaan, pada media PDA 1 atau
,
jamur yang diperoleh mempunyai hifa, berwarna kuning, tumbuh meyebar pada
permukaan dan jamur yang tumbuh hanya sedikit. Sedangkan pada media PDA 2 atau
,
jamur yang diperoleh mempunyai hifa, berwarna putih, tumbuhnya meyebar serta
jamur yang tumbuh lebih banyak dari media PDA 1. Perbedaan yang terjadi pada
warna jamur PDA 1 dan PDA 2 kemungkinan disebabkan kesalahan pada saat
praktikum. Jamur yang seharusnya tumbuh berwarna putih, namun pada media PDA 1,
jamur yang tumbuh berwarna kuning. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya
kontaminasi pada saat proses praktikum atau terjadi kesalahan pada saat
meratakan media dengan drigalski sehingga media menjadi rusak.


Praktikum
ini dilakukan pengenceran bertingkat. Pengeceran ini bertujuan untuk
memperkecil atau mengurangi kepadatan mikroba yang tersuspensi dalam cairan.
Pengenceran juga mempengaruhi jumlah pertumbuhan jamur. Penanaman dilakukan
secara duplo agar apabila terjadi kesalahan atau kegagalan pada penanaman masih
ada cadangan yang tersedia.
Kemungkinan jamur yang tumbuh dilihat dari morfologinya
adalah Rhizopus sp. Jenis Rhizopus oryzae yaitu jamur yang sering
digunakan dalam pembuatan tempe. Ciri- ciri Rhizopus
oryzae terdiri dari
benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan membentuk miselium, hifa tidak
bersekat (bersifat senositik), septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada
saat sel reproduksi terbentuk, dinding selnya tersusun dari kitin, koloni berwarna putih
berangsur-angsur menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar dan tidak
berwarna hingga kuning kecoklatan, sporangiofora tumbuh dari stolon dan
mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok, rhizoid tumbuh berlawanan
dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiosfora, sporangia berwarna
coklat gelap sampai hitam bila telah masak, kolumela oval hingga bulat, dengan
dinding halus atau sedikit kasar, spora bulat, oval atau berbentuk elips atau
silinder (Waluyo, 2005).
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan anatara lain:
1. Jamur
merupakan sel organisme eukariotik, mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk
hifa atau sel tunggal, berdinding sel kitin atau selulosa, bereprodukasi
seksual dan aseksual.
2. Potato Dextrose Agar
(PDA) pada sampel
dan
mendapatkan hasil yang sama yaitu terdapat
hifa, hanya pada sampel
lebih banyak sari
.




3. Pengenceran
bertingkat bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi kepadatan mikroba yang
tersuspensi pada cairan.
4. Pengenceran
dilakukan agar memudahkan identifikasi jamur dan pengenceran mempengaruhi
jumlah tumbuhnya jamur.
5. Kemungkinan
jamur yang tumbuh dalam praktikum ini diduga merupakan Rhizopus
oryzae.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar