|
MORFOLOGI KHAMIR DAN SPORA KHAMIR
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Khamir dapat lebih bertahan dalam keadaan alam sekitar yang tidak
menguntungkan dibandingkan dengan jasad renik lainnya. Khamir dapat tumbuh
dalam suatu substrat atau medium berisikan kosentrasi gula yang dapat
menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri. Khamir bersifat fakultatif, artinya
mereka dapat hidup dalam keadaan aerobik maupun anaerobik. Khamir dapat
berkembang biak secara aseksual dan seksual. Khamir sering tidak terlihat
karena tidak kontras dengan medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu
diadakannya pewarnaan saat mengamati morfologi sel khamir agar khamir tampak
jelas saat diamati dengan mikroskop.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal
bermacam-macam bentuk sel, membedakan sel yang mati dan hidup dan menghitung
gram persentase kematian khamir.
TINJAUAN PUSTAKA
Khamir atau yeast adalah
kategori non-takson yang mencakup semua fungsi uniseluler yang berasal dari
kingdom Zygomcota, Askomycota dan Basidiomycota. Khamir umumnya berkembang biak
secara aseksual maupun seksual. Cara aseksual, yaitu dengan bertunas dan
membelah diri. Cara seksual, yaitu, dengan fusi (penggabungan) dua sel dengan methylene blue (tipe perkawinan) yang berbeda, zigot hasil fusi ini kemudian akan
membentuk empat hingga delapan spora yang kemudian menyerap (Waluyo, 2007).
Saccharomyces
cerevisiae adalah salah
satu jenis fungi yang paling dikenal dan sering digunakan oleh manusia. Karena
kemampuannya memetabolisme gula menjadi etanol dan gas CO2. Spesies
ini sejak dulu telah digunakan dalam proses pembuatan roti. Dalam biologi
molekukar Saccharomyces cerevisea
adalah organisme contoh bagi eukariota, yang peta genetiknya sudah dipahami
dengan lengkap . Saccharomyces
termasuk dalam filum Ascomycota (Imam,
2011).
Saccharomyces
cerevisea dapat dilihat
dengan mikroskop tanpa pewarnaan dan akan terlihat sebagai bintik-bintik
transparan. Pewarnaan dengan methylene blue
bukan bertujuan agar Saccharomyces
cerevisiae terlihat, tetapi bertujuan diffrensial, yaitu agar sel yang mati
dan hidup memiliki warna yang berbeda. methylene blue
merupakan indikator berbentuk kristla yang bisa larut dalam air akan membentuk
cawan berwarna biru. Methylene blue
menjadi tidak berwarna dengan kehadiran enzim alifatik dan karena itu, sel
khamir yang hidup akan tampak transparan. Sebaliknya, dengan ketiadaan enzim methylene blue akan tetap berwarna biru, oleh karena itu, sel yang mati akan
berwarna biru (Buckle, 2008).
Pengamatan sel khamir dapat dilakukan dengan cara pengecatan
sederhana, yaitu pemberian warna pada khamir dengan menggunakan larutan tunggal
suatu warna suatu warna pada lapisan tipis atau olesan yang sudah difiksasi.
Pewarnaan sederhana, yaitu pewarnaan menggunakan satu macam zat warna dengan
tujuan hanya untuk melihat bentuk sel khamir dan untuk mengetahui
morfologi dan susunan selnya serta membedakan sel yang mati dan sel yang hidup
(Balley, 2007).
Dinding sel khamir terdiri atas kitin. Sel yang masih muda dinding
selnya tipis dan lentur, sedangkan yang tua dinding selnya tebal dan kaku. Dibawah
dinding sel terdapat membran berfsifat permiabel selektif. Tipe sel khamir
adalah eukariotik. Untuk identifikasi dan determinasi khamir, perlu dipelajari
sifat-sifat morfologi dan fisiologisnya. Sifat-sifat morfologi yang perlu
dipelajari meliputi bentuk, struktur sel dan jumlah spora, cara-cara
perkembangbiakan, pembentukkan Psedemycellium,
ordian, giant colony, klamidospora,
blastosporsa, dan sebagainya. Sifat-sifat fisiologis meliputi pengujian amilasi
C dan N, fermentasi karbohidrat, kemampuan mencairkan gelatin,
reduksi netral dan sebagainya (Dwijoseputro, 2010).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 November 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a.
Alat-alat
Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
mikroskop,, gelas benda, gelas punutup, cawan petri, jarum preparat, jarum ose,
pipet tetes, lampu bunsen dan tisu.
b.
Bahan-bahan
Praktikum
Adapun bahan-bahan praktikum yang digunakan dalam praktikum ini
adalah alkohol, methylene blue dan
biakan murni khamir Saccharomycess
cerevisiae.
Prosedur
Kerja
1.
Disterilkan
gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol.
2.
Diteteskan
1 tetes methylene blue pada gelas benda.
3.
Diambil
biakan murni khamir dengan menggunakan jarum ose.
4.
Ditetskan
biakan khamir di atas tetesan methylen blue.
5.
Ditutup
gelas benda dengan gelas penutup, dijaga agar tidak ada gelembung udara.
6.
Diletakkan
dimeja preparat pada mikroskkop dan diamati jumlah sel khamir yang mati dan sel
yang hidup dan morfologi dari sel khamir.
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel
7.1 Hasil Pengamatan Morfologi Khamir dan Spora Khamir
Nama Khamir
|
Umur (jam)
|
Gambar
Pengamatan
|
Keterangan
|
Saccharomyces
cereviciae
|
24
|
![]() |
1.Sel mati
( Warna biru)
2. Sel hidup
( Transparan)
|
Saccharomyces
cereviciae
|
48
|
![]() |
1.Sel mati
( Warna biru)
2. Sel hidup
( Transparan)
|
Tabel
7.2 Hasil Pengamatan Presentase Kematian Khamir
Klp.
|
Nama Khamir
|
Umur (jam)
|
∑ sel mati
|
∑ sel hidup
|
% kematian
|
13
|
Saccharomyces cereviciae
|
24
|
16
|
6
|
73,21%
|
16
|
25
|
9
|
|||
14
|
Saccharomyces cereviciae
|
48
|
25
|
36
|
43,37
%
|
15
|
11
|
11
|
Hasil Perhitungan
% Kematian Saccharomyces
Cereviciae berumur 24 jam
∑ = 

= 

=
73,21 %
% Kematian Saccharomyces
cereviciae berumur 48 jam
∑ = 

= 

= 43,37 %
PEMBAHASAN
Khamir merupakan salah satu mikroorganisme yang termasuk ke dalam
fungi mikroskopis. Khamir terdapat sebagai sel bebas yang sederhana. Khamir
yang ditemukan memiliki berbagai bentuk sepeti bulat, lonjong, tingular dan sebagainya.
Khamir tidak bergerak karena tidak memiliki flagela. Khamir dapat tumbuh dalam
medim cair dan padat dengan cara seperti bakteri, yaitu prmbrlahan sel. Jenis
khamir yang paling sering digunakan oleh manusia adalah Saccharomycess cerevisiae (Natsir, 2003)
Khamir merupakan salah satu organisme yang termasuk dalam fungi
mikroskopik. Khamir terdapat sebagai fungi mikroskopik. Khamir terdapat sebagai
sel bebas yang sederhana, khamir yang terdapat di alam memiliki berbagai bentuk
bulat, lonjong, triangular dan sebagainya. Khamir tidak bergerak karena tidak
memiliki flagella, khamir dapat tumbuh pada media cair dan padat dengan cara
seperti bakteri yaitu pembelahan sel. Di alam terdapat berbagai bentuk khamir,
namun khamir dalam pengamatan berbentuk bulat. Tujuan dari pengamatan morfologi
khamir yaitu untuk mengamati berbagai macam bentuk sel, membedakan sel yang
mati dan sel yang hidup dan menghitung presentase kematian khamir (Anshar,
2010).
Praktikum ini menggunakan pengecatan sederhana yaitu menggunakan
suatu cat warna, cat warna yang digunakan adalah methylene blue yang
bertujuan untuk membedakan sel yang hidup dan sel yang mati. Hasil pengamatan
menunjukan sel khamir yang mati akan bewarna biru dan sel khamir yang hidup
tidak bewarna atau transparan. Warna biru pada sel khamir yang telah mati
disebabkan karena sifat semi permiabel membran dari sel khamir yang mati
tersebut sudah tidak berfungsi lagi sehingga sel khamir yang mati menyerap
warna biru dari larutan methylene blue.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan sel khamir yang mati
berumur 24 jam, jumlah sel khamir yang mati 73,21% sedangkan pada khamir yang
berumur 48 jam adalah jumlah sel yang mati 43,37%. Dari hasil perhitungan
terlihat bahwa khamir yang berumur 24 jam lebih banyak sel yang mati. Selain
itu kecepatan pertumbuhan sel khamir pada jam ke-0 sampai jam ke 24 lebih
rendah dibandingkan dengan jam-jam berikutnya disebabkan karena mikroba masih
dalam fase adaptasi. Menurut (Waluyo, 2007) seharusnya khamir yang berumur 48
jam memiliki jumlah kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan umur 24 jam,
karena waktu penyimpanan untuk 48 jam lebih lama sehingga khamir yang
dihasilkan lebih banyak.
Khamir yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis Saccharomyces cerevisiae yang merupakan
jenis fungi yang paling sering dimanfaatkan oleh manusia, karena kemampuannya
dalam memetabolisme gula menjadi CO2. Faktor- faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan khamir adalah kandungan nutrisi atau substrat, pH,
suhu, tersedianya oksigen dan ada tidaknya senyawa penghambat, penyinaran lampu
mikroskop dan lain-lain. Kebanyakan khamir dapat tumbuh pada pH
4,0-4,5. Suhu optimum khamir yaitu 250C-350C dan suhu
maksimum yaitu 350C – 470C.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamtan dan pembahasan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpualan sebagai berikut :
1. Khamir merupakan salah satu mikroorganisme yang termasuk ke dalam fungi mikroskopis,
jenis khamir yang sering digunakan oleh manusia adalah
Saccharomyces cereviseae.
2. Pengecatan sederhana
adalah pengecatan yang dilakukan untuk membedakan mana
sel yang mati dan sel yang hidup.
3. Pada sel khamir yang mati akan terbentuk warna biru dan pada sel
yang hidup akan
berwarna transparan.
4. Jumlah sel khamir yang mati pada umur 48 jam adalah 43,37%
5. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan sel khamir pada umur 24
dan
48 jam, yaitu pH, suhu, kandungan
nutrisi dan substrat.
|

PENGECATAN
GRAM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini
memiliki morfologi, struktur, dan sifat-sifat yang khas. Termasuk bakteri.
Bakteri yang hidup tidak berwarna dan kontras dengan air. Dimana sel-sel
bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati
bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, cara tersebut ialah metode
pengecatan atau pewarnaan. Dengan metode pengecatan, sel dapat terlihat jelas
dan mudah diamati. Pengecatan juga berfungsi untuk mengethaui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Salah satu contoh adalah pengecatan
gram yang dikembangkan oleh Christian Gram (1884). Oleh karena itu, praktikum
ini dilakukan untuk mengetahui bentuk dan sifat sel bakteri terhadap
pengecatan gram.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk cara
pengecatan dan mengamati bentuk serta sifat bakteri terhadap pengecatan gram.
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri
atau mikroba lainnya dapat dilihat dengan mikroskop biasa tanpa pengecatan, yaitu
dengan cara-cara khusus. Misalnya dengan cara
hanging drop, Menggunakan kondensor medan gelap, dan lain-lain. Tetepi
pengmatan dengan tanpa pengecatan akan lebih sulit dan tidak dapat dipakai
untuk melihat bagian sel dengan teliti, karena umumnya sel bakteri bersifat
tembus cahaya (transparan) atau semi transparan (Nazaruddin, 2014).
Pewarnaan
gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting
dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini olesan
bakteri yang sudah difiksasi dikenai larutan-larutan berikut antara lain zat
warna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol, dan zat warna tandingan
berupa zat warna safranin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuan
Denmark Hans Cristian Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun
1884, untuk membedakan antara pneumokokus dan klobsiella pneumoniae. Bakteri
yang terwarnai dengan metode ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan
zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak warna ungu tua di bawah
mikroskop. Adapun gram negatif akan kehilangan pewarna kristal violet setelah
dicuci alkohol. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan struktur kimiawi
dinding sel (Pelczar, 2011).
Pewarnaan
gram adalah teknik pewarnaan differensial yang paling banyak digunakan dalam
bakteriologi, pewarnaan ini memisahkan antara bakteri menjadi dua kelompok
yaitu gram positif dan gram negatif. Larutan yang digunakan dalam pewarnaan ini
ada empat yaitu gram A, B, C, dan D (Harley,2007).
Bakteri
gram positif adalah jenis bakteri dengan dinding peptidoglikan yang tebal.
Sementara bakteri gram negatif adalah jenis bakteri dengan dinding
peptidoglikan tipis. Perbedaan dinding ini mengakibatkan perbedaan kemampuan
aktivitas dengan pewarnaan gram (Savada, 2008).
Karakteristik
taksonomi penting bakteri adalah reaksi mereka terhadap pewarnaan gram.
Pewarnaan gram menjadi penting karena reaksi gram berhubungan dengan sifat
morfologi lain dalam bentuk hubungan filogenik. Organisme yang berpotensi gram
positif memungkinkannya dapat dilihat dengan pewarnaan gram pada kondisi lingkungan
yang sesuai dan pada biakan muda. Prosedur pwarnaan gram dimulai dengan
pemberian warna biasa, kristal violet. Larutan iodin kemudian ditambahkan, pada
fase ini semua bakteri akan berwarna biru. Sel kemudian diberi alkohol. Sel
gram positif akan tetap mengikat senyawa kristal violet-iodine, sel gram
negatif warnanya hilang oleh alkohol (Hadioetomo, 1990).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Desember
2014 di Laboraturium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri Universitas Mataram.
Alat
dan Bahan Praktikum
a.
Alat-alat
Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam
praktikum mikrobiologi ini adalah pipet tetes, bunsen, gelas benda, gelas
penutup, mikroskop elektron, jarum ose, rak tabung reaksi, cawan petri dan
baskom.
b.
Bahan-bahan
Praktikum
Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bacillus sp. 72 jam, Pseudomonas
sp. 72 jam, larutan kristal violet (A), larutan Mordan (B), larutan alkohol
(C), larutan safranin (D), dan aquades.
Prosedur
Kerja
1.
Diambil
biakan Bacillus sp. dan digoreskan
pada gelas benda.
2.
Dikeringkan
dengan bunsen atau difiksasi.
3.
Ditambahkan
larutan kristal violet (A) pada goresan dan didiamkan selama 2 menit.
4.
Dibilas
dengan aquades lalu dikeringkan.
5.
Ditambahkan
larutan Mordan (B) dan didiamkan selama 2 menit.
6.
Dibilas
dengan aquades lalu dikeringkan.
7.
Ditambahkan
larutan alkohol (C) dan didiamkan selama 30 detik.
8.
Dibilas
dengan aquades dan dikeringkan.
9.
Ditambahkan
larutan safranin (D) dan didiamkan selama 2 menit.
10. Dibilas dengan aquades dan dikeringkan.
11. Ditutup dengan gelas penutup.
12. Diamati dengan mikroskop.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 8.1 Hasil
pengamatan Pengecatan Gram
Nama
Bakteri
|
Umur
(jam)
|
Gambar
|
Jenis
Gram
|
Keterangan
|
Bacillus sp.
|
72
|
Perbesaran : 10 x 100
![]() |
Gram
positif
|
Ungu
|
Pseudomonas sp.
|
72
|
Perbesaran 10 x 100
![]() |
Gram
negatif
|
Merah
|
PEMBAHASAN
Pewarnaan
gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting
dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini olesan
bakteri yang sudah difiksasi dikenai larutan-larutan berikut antara lain zat
warna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol, dan zat warna tandingan
berupa zat warna safranin (Pelczar, 2011).
Praktikum
ini bertujuan untuk mengamati bentuk serta sifat bakteri terhadap pengecatan
gram. Larutan yang digunakan dalam pengecatan ini ada empat yaitu larutan A, B,
C, D. Larutan A adalah larutan kristal violet yang berfungsi sebagai cat utama
atau yang biasa disebut dengan gram A. Larutan B adalah larutan Mordan yang
berfungsi untuk mengintensifkan cat utama, disebut juga gram B. Larutan C
adalah alkohol yang berfungsi untuk pelunturan atau dekolorisasi agar mendapat
kontras yang baik pada mikroskop. Larutan D adalah larutan safranin yang
berwarna merah, berfungsi sebagai cat penutup.
Bakteri
gram positif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna violet dan
memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal. Dinding selnya homogen dengan tebal
sekitar (20-80 nm) dengan bentuk sel yaitu batang, bulat atau filamen.
Sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap
warna merah dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Lapisan
peptidoglikan pada bakteri gram negatif terletak di ruang periplasmik antar
membran plasma dengan membran luar (Sridianti, 2014).
Pengamatan
gram pada praktikum ini menggunakan bakteri Bacillus
sp. dan Pseudomonas sp. Berdasarkan pengecatan gram dengan bakteri Bacillus sp., diperoleh bahwa Bacillus sp.memberikan warna ungu dengan
bentuk sel bakteri yaitu berbentuk batang. Sedangkan bakteri Psudomonas sp. memberikan watna merah
dengan dengan sel berbentuk batang setelah diberikan perlakuan. Hal ini menunjukkan
bahwa Bacillus sp. termasuk ke dalam
gram positif, dan Pseudomonas sp. termasuk dalam bakteri gram negatif. Menurut
Pelezar (2011), bakteri gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal
violet sehingga tetap berwana ungu, sedangkan bakteri gram negatif akan
kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu
diberi zat pewarna tandingannya yaitu zat pewarna safranin akan tampak berwarna
merah.
Perbedaan
warna Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dipengaruhi oleh jenis
gram. Bakteri gram positif mengikat cat utama dengan kuat sehingga tidak dapat
dilunturkan oleh cat lawan atau cat penutup, sedangkan bakteri gram negatif
adalah bakteri yang mempunyai daya ikat lemah terhadap cat utama sehingga dapat
dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh cat penutup. Hasil gram
positif dan gram negatif ini berbeda disebabkan oleh perbedaan kandungan dinding
sel bakteri. Bakteri gram positif memiliki kandungan senyawa peptidoglikan yang
lebih tebal pada dinding sel dibandingkan dengan bakteri gram negatif.
Faktor-faktor yang menyebabkan variasi
dalam pengecatan gram antara lain perubahan keasaman yaitu apabila pH turun ada
kemungkinan bakteri gram positif dapat bereaksi seperti gram negatif, begitu
pula sebaliknya, penyimpangan cara pengecatan seperti pencucian yang terlalu
lama, faktor medium, umur bakteri dan perlakuan khusus.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat
ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1.
Pengecatan
gram adalah salah satu teknik pengecatan yang berfungsi untuk dapat mengamati
bentuk serta sifat bakteri.
2.
Larutan
yang digunakan dalam pengecatan gram adalah larutan kristal violet, larutan mordan,
larutan alkohol, dan larutan pewarna safranin.
3.
Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif karena memiliki
senyawa peptidoglikan yang tebal pada dinding sel sehingga larutan kristal
violet dapat terikat dengan kuat dan menghasilkan warna ungu.
4.
Pseudomonas sp. merupakan bakteri gram negatif, memiliki
senyawa peptidoglikan tipis pada dinding sel sehingga pewarna kristal violet
mudah dilunturkan dan ditutup oleh cat penutup safranin sehingga berwarna
merah.
5.
Faktor
yang dapat mempengaruhi pengecatan gram adalah perubahab keasaman, penyimpangan
cara pengecatan, faktor medium, umur bakteri dan adanya perlakuan khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar